Kolase foto aktivis pegiat HAM dari Papua, Natalius Pigai dan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono/Net
Dialog damai tetap dinilai menjadi solusi terbaik dalam upaya penyelamatan pilot pesawat Susi Air Susi Air Philips Mark Mehrtens (37) di Distrik Mugi, Nduga, Papua Pegunungan. Peningkatan status dari operasi teritorial menjadi operasi siaga tempur dikhawatirkan akan menimbulkan korban jiwa dari penduduk sipil.
Begitu pesan dari aktivis pegiat HAM dari Papua, Natalius Pigai saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (20/4).
Pesan ini disampaikan kembali oleh Pigai lantaran ada pernyataan dari Panglima TNI Laksamana Yudo Margono yang berbahaya. Bunyinya, “Penduduk di situ adalah penduduk binaan yang digunakan untuk menyerang kitaâ€.
“Pernyataan ini membuka peluang sasar penduduk sipil. Ini memenuhi unsur
mens rea sebagai penjahat perang dalam konteks hukum humaniter dan HAM. Sebab buka peluang dan berpotensi sasar rakyat sipil,†kata Pigai.
Menurutnya, setiap manusia yang memiliki jiwa humanis harus kompak melawan naluri membunuh rakyat sipil tidak berdosa tersebut.
Mantan Komisioner Komnas HAM ini tidak masalah jika yang berseteru bisa dipastikan hanya melibatkan Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua dan pihak TNI. Tapi, kalimat yang disampaikan Laksamana Yudo baginya telah membahayakan keselamatan warga sipil.
“Kalau KST dan TNI silakan. Tapi ini ada unsur
mens rea dari komentar Panglima TNI bahayakan warga sipil. Jadi saya tetap minta dialog damai,†demikian Pigai.