Gambar dari rekaman video yang beredar, menunjukkan adegan penyerbuan maut di Sanaa, Yaman pada 19 April 2023/AFP
Lebih dari 80 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka di Yaman akibat berdesak-desakan saat mengantre untuk mendapat bantuan keuangan menjelang Idulfitri, pada Rabu malam (19/4) waktu setempat.
Kelompok Houthi yang menguasai ibukota Yaman telah mengonfirmasi peristiwa tersebut, dengan menyebutnya sebagai insiden paling mematikan dalam satu dekade ini.
"Setidaknya 85 orang tewas dan lebih dari 322 orang terluka setelah penyerbuan di distrik Bab al Yaman di ibu kota," kata seorang pejabat keamanan Houthi, seperti dikutip
TRT World.
Korban tewas dan terluka telah dipindahkan ke rumah sakit terdekat, sementara mereka yang bertanggung jawab atas pendistribusian bantuan tersebut telah ditahan.
Jurubicara Kementerian Dalam Negeri, Brigjen Abdel-Khaleq al-Aghri, menyalahkan bencana itu kepada para pedagang yang menggelar acara amal, karena mereka melakukan distribusi bantuan secara acak tanpa adanya koordinasi dengan otoritas lokal.
Akibatnya, pembagian bantuan secara acak tersebut telah menyebabkan ratusan warga berdesak-desakan, yang memicu kericuhan di lokasi pendistribusian.
Menurut dua orang saksi, Houthi menembakkan senjata ke udara saat berupaya mengendalikan massa, namun tembakan itu tampaknya mengenai kabel listrik sehingga menyebabkan ledakan yang memicu ratusan warga yang sedang mengantre menyerbu dengan panik dan berlarian di dalam kerumunan tersebut.
Saat ini kepala politik Houthi, Mahdi al Mashat telah membentuk sebuah komite untuk menyelidiki insiden tersebut.
Yaman telah dilanda perang saudara antara Houthi dan pemerintah sejak 2014 lalu. Saat ini Yaman menjadi negara termiskin, membuat warganya hidup sengsara dan menciptakan krisis kemanusiaan terburuk di dunia.