Ledakan yang meletus dalam hari pertama pertempuran di Sudan, pada Sabtu, 15 April 2023/Net
Korban tewas dan terluka terus meningkat di Sudan dalam pertempuran yang terus membara di negara itu dalam beberapa hari belakangan.
Berdasarkan catatan dari PBB, Senin (17/4), sejak pertempuran meletus pada Sabtu, lebih dari 180 orang tewas dan lebih dari 1800 orang lainnya mengalami luka-luka.
Banyak rumah sakit yang kehabisan darah dan pasokan medis lainnya, dengan banyaknya jalanan yang diblokir saat tim medis tengah berjuang untuk mengatasi banyaknya warga sipil yang terluka.
Kelompok kemanusiaan Medecins Sans Frontieres (atau MSF, Dokter Tanpa Batas) mengatakan, baku tembak yang mengerikan itu telah membuat korban semakin meningkat, di mana sebagian besar anak-anak yang terjebak turut menjadi korban yang membuat rumah sakit kewalahan.
“Semua rumah sakit lain di Darfur Utara terpaksa ditutup, karena pertempuran atau karena staf mereka tidak dapat menjangkau mereka. Satu-satunya rumah sakit yang tersisa, telah kehabisan darah, obat-obatan dan perlengkapan lainnya,†kata MSF dalam pernyataan, seraya menambahkan timnya telah menerima 136 pasien yang terluka.
Sementara di ibu kota Sudan sendiri, di Khartoum, tim medis banyak yang terperangkap dalam pertempuran tersebut dan tidak dapat mencapai gudang untuk mengirim pasokan pentingnya ke rumah sakit.
“Bahkan ambulans banyak yang dikembalikan, karena mereka tidak diizinkan lewat untuk mengambil mayat dari jalanan, atau untuk membawa mereka yang terluka ke rumah sakit,†tambah pernyataan itu.
Dimuat
The Globe and Mail, Selasa (18/4), beberapa kantor lembaga bantuan di Darfur, termasuk Save the Children telah dijarah selama pertempuran antara militer dengan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang berebut kekuasaan di negara tersebut.
Berdasarkan laporan dari lembaga bantuan itu, penjarah telah mencuri pasokan medis mereka untuk anak-anak, lemari es, komputer, laptop, dan mobil mereka, dengan banyaknya kekerasan yang terjadi. Sehingga membuat mereka dan lembaga bantuan lainnya menghentikan sebagian besar operasinya di Sudan, yang diperkirakan dapat memicu krisis kemanusiaan di negara itu.
“Kehidupan lumpuh, semua tutup, dan persediaan makanan hampir habis. Banyak orang termiskin tidak memiliki stok makanan. Tingkat kelaparan yang kritis di negara ini sekarang akan menjadi lebih buruk,†ujar Organisasi Islamic Relief.