Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dianggap membiarkan laporan buruk anak buahnya tidak diproses/Ist
Skandal besar yang melanda sejumlah pejabat di Kementerian Keuangan dinilai tak lepas dari campur tangan sang pimpinan, Sri Mulyani Indrawati. Menteri Keuangan RI itu diduga memiliki "deal" dengan elite di Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Menurut mantan Menteri Keuangan RI, Fuad Bawazier, sebenarnya ada banyak pegawai di DJP yang bersih, daripada yang rusak.
Sayangnya, para elite yang rusak itu, memiliki kesempatan untuk konsolidasi dan mengorganisir diri. Seperti membentuk klub motor gede DJP yang merupakan kelompok elite di lingkungan Pajak.
"Singkat cerita, kelompok elite Pajak ini mampu lobi-lobi ke atasan, sehingga semua laporan terhadap elite ini tidak diproses, lumpuh,
ewuh pakewuh," tutur Fuad Bawazier dalam keterangan tertulisnya kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (9/3).
"Laporan-laporan dari BPK dan PPATK tidak diproses, tidak bisa tembus. Elite ini merasa sakti dan semakin merajalela," sambungnya.
Fuad Bawazier menambahkan, Menkeu Sri Mulyani Indrawati (SMI) sebagai orang nomor satu di lembaga tersebut terlihat membiarkan atau sengaja tidak memproses laporan-laporan tentang kebobrokan pejabat DJP.
"
Why? Karena SMI merasa sudah dekat dengan elite ini, dan mereka penting bagi SMI. Sekurang-kurangnya elite ini tidak cerewet menuntut pemisahan organisasi DJP dari Kemenkeu. Di sini ada
take and give antara SMI dan elite DJP," tegasnya.
"Ini adalah sifat politik SMI. Kami para seniornya merasa prihatin. Kami para seniornya meminta agar SMI berlaku profesional," demikian Fuad.