Berita

Menteri Keuangan Pakistan, Ishaq Daar/Net

Dunia

Dilanda Krisis Ekonomi, Pakistan Gagal Danai Operasional Kedutaan di Seluruh Dunia

SELASA, 21 FEBRUARI 2023 | 17:25 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Guncangan ekonomi yang tengah dihadapi Pakistan dilaporkan telah berdampak pada operasional kedutaan negara itu  di seluruh dunia.

Sejak tahun lalu, bermunculan laporan yang menyebut Kedutaan Besar Pakistan mengalami krisis keuangan, bahkan kerap menunggak gaji karyawan.

Mengutip situs Geopolitik pada Jumat (17/2), para staf di Kedutaan Pakistan di New York mengeluh karena gaji dan tunjangan mereka pada Desember tahun lalu hingga Januari 2023 belum dibayarkan.

Keluhan serupa juga datang dari Konsulat Jenderal Pakistan di Sri Lanka yang mengklaim bahwa pemerintah pusat belum memenuhi kewajiban pembayaran pada Desember 2022.

Pertengahan tahun lalu, di bulan Maret, Kedutaan Besar Pakistan di Serbia buka-bukaan di akun Twitter resminya, bahwa gaji para staf tidak diberikan selama tiga bulan.

Akibat dana yang mogok itu, anak-anak para pejabat kedutaan terpaksa keluar dari sekolah karena tidak mampu membayar biaya.

Postingan itu sempat viral, dan Kementerian Luar Negeri Pakistan mencoba menutup-nutupi insiden tersebut dengan mengatakan akun media sosial kedutaan Serbia telah diretas. Namun, itu tak cukup ampuh, karena pengaduan serupa terus datang dari Kedutaan Pakistan di Argentina dan Bangladesh.

Kedutaan Besar Pakistan di Washington bahkan gagal membayar pegawai kontraknya selama beberapa bulan dan akhir tahun lalu berencana menjual gedung kedutaan tua Pakistan untuk menutupi kekurangan.

Menurut harian Fajar, bangunan yang telah ada sejak 1950-an itu menerima tawaran harga tiga kali lipat dari grup real estat Yahudi dengan harga sekitar 6,8 juta dolar AS atau setara Rp 103 miliar.

Pakistan tengah mengalami masalah ekonomi yang cukup serius dengan lonjakan Inflasi tertinggi dalam 48 tahun dan penurunan cadangan devisa hingga level terendah dalam sembilan tahun.

Konflik politik selama puluhan tahun, korupsi sipil dan militer serta masalah keamanan membuat negara itu sulit memulihkan perekonomian negara. Terlebih lagi, sikap IMF juga nampak semakin keras dalam negosiasi yang sedang berlangsung untuk melepaskan paket bailout ke Pakistan.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya