Mahasiswa asal Takengon, Aceh Tengah, Dhaifur Rahman Mabrura, yang saat ini menempuh pendidikan di di Turki/Ist
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,8 yang mengguncang Turki tengah dan barat laut Suriah pada Senin (6/2) pukul 04.17 waktu setempat tampaknya bakal sulit dilupakan Dhaifur Rahman Mabrura. Ia merupakan warga negara Indonesia (WNI) yang selamat dari bencana gempa dahsyat tersebut.
Butuh waktu cukup lama bagi Kantor Berita RMOLAceh untuk bisa menghubungi mahasiswa asal Takengon, Aceh Tengah itu. Dhaifur yang tengah menempuh studi di Universitas Erciyes Kayseri ini mengaku cukup terguncang.
“Diam diri di rumah, masih trauma, mau keluar salju lebat kali dari tadi enggak berhenti. Sorry banget saya baru bangun, baru bisa tidur tadi pagi soalnya,†kata Dhaifur saat membalas pesan
Kantor Berita RMOLAceh, Rabu (8/2).
Dhaifur pun menceritakan kondisi saat gempa mengguncang Kayseri, kota tempat dia tinggal. Kayseri merupakan kota yang berada di bagian selatan Turki, berjarak 335 kilometer dari pusat gempa di Gaziantep, wilayah tengah Turki.
Dituturkan Dhaifur, saat gempa terjadi dirinya sedang berada di apartemen bersama sejumlah rekan asal Indonesia lainnya. Saat itu dia dan sejumlah penghuni apartemen terbangun akibat guncangan gempa dan langsung keluar dari kamar apartemennya.
“Saat itu saya dengan teman langsung keluar rumah sampai gempanya berhenti, nahasnya di luar rumah sedang turun salju lebat juga. Gempa yang pertama itu setahu saya sekitaran 75 detik lebih kurang 2 menit, saya juga enggak terlalu tahu pasti detailnya, pokoknya lama,†ujar Dhaifur mencoba mengingat.
Setelah gempa benar-benar berhenti Dhaifur kembali masuk ke dalam rumah, namun gempa susulan kembali terjadi. Mahasiswa 22 tahun yang juga pengurus Ikatan Mahasiswa Aceh Turki (Ikamat) ini bersyukur bangunan tempat tinggalnya tidak ada yang rusak.
“Soalnya tempat saya tinggal tuh bukan di titik gempanya, tapi dekat sekali dengan titik gempanya,†sebut Dhaifur.
Ditambahkan Dhaifur, saat gempa kepanikan terjadi di mana-mana, bahkan kubah masjid di dekat tempat ia tinggal runtuh. Meskipun tidak ada korban jiwa, penghuni Kota Kayseri kini mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Pastinya kami sangat cemas, tidak berani keluar rumah, cuaca juga sedang ekstrem,†ucapnya.
Dhaifur juga sangat cemas terhadap kondisi korban di lokasi pusat gempa. Dia bersama temannya yang lain sebisa mungkin membantu menyebarkan informasi terkini.
“Kita yang dekat dengan titik gempa saja secemas ini, apalagi teman kita yang di lokasi titik gempa,†imbuh alumni pesantren Ar Raudhatul Hasanah Medan angkatan 2018 ini.
Saat ini, kata Dhaifur, proses evakuasi berjalan lambat, sebab gempa berbarengan dengan turunnya salju yang lebat. Dalam semalam, suhu di lokasi gempa diperkirakan mendekati titik beku.
“Beberapa jalan rusak, salju lebat, semoga ini tidak menghambat upaya mengatasi bencana. Saya sangat cemas melihat orang-orang terjebak di bawah reruntuhan bahkan kehilangan tempat tinggal,†lanjut Dhaifur yang datang ke Turki pada 2019 silam.
Dhaifur mengatakan, saat ini sejumlah korban di titik lokasi gempa sedang dalam proses penjemputan untuk dibawa ke lokasi yang aman. Ia berharap kepada seluruh masyarakat untuk mendoakan warga Aceh dan korban bencana di Turki.
“Mohon doanya kepada seluruh masyarakat Aceh, semoga semua saudara-saudara asal Aceh yang berada di sini tetap dalam lindungan Allah SWT,†harapnya.