Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri Mali Abdoulaye Diop/Net
Kerja sama Prancis dan Mali dalam perang melawan terorisme harus berakhir. Mali menolak kerja sama lebih lanjut dengan Prancis karena hubungan bilateral tidak lagi memenuhi kepentingan nasionalnya.
Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Mali Abdoulaye Diop saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, Selasa (7/2).
Mali tengah berjuang dalam Perang Saudara, di mana konflik bersenjata meletus pada Januari 2012 yang melibatkan antara Mali bagian utara dan selatan. Pasukan Prancis dikirim untuk membantu penyelesaian konflik di Mali, namun hubungan dengan Prancis telah mencapai tingkat terendah yang baru.
"Kami telah sampai pada kesimpulan bahwa kerja sama ini gagal memenuhi aspirasi rakyat Mali,†ujar Diop, seperti dikutip dari
TASS.Ia menegaskan bahwa setiap negara yang ingin bekerja sama dengan Mali harus mematuhi prinsip kedaulatan Mali dan menghormati haknya untuk memilih mitra yang dibutuhkannya.
Mali ingin mengembangkan kemampuan otonom untuk mempertahankan integritas Mali.
"Mereka (yang membantu Mali) harus menghormati kepentingan kita, dan ini harus menjadi kemitraan yang tulus yang tidak akan memicu perselisihan apa pun di antara bagian mana pun dari masyarakat kita," tekan Diop, menggarisbawahi bahwa itu tidak hanya berlaku bagi Prancis, tetapi juga untuk negara lainnya.
Tentara Prancis terlibat konflik berkepanjangan dengan junta militer Mali yang akhirnya membuat Prancis secara resmi menarik pasukannya dari Mali dan sekitarnya pada pertengahan 2022. Prancis menyatakan telah terjadi ‘beberapa hambatan’ dari pemerintah junta militer Mali yang membuat kondisi menjadi tidak kondusif bagi tentara Prancis untuk melanjutkan operasinya di negara yang sedang dilanda konflik, perang saudara dan juga terorisme.
Macron dalam pernyataannya mengatakan, perang melawan teror tidak akan dapat dimenangkan apabila tidak didukung oleh negara itu sendiri.
Setelah putus hubungan dengan Prancis, Mali kemudian merapat ke Rusia dengan Kremlin menjanjikan bantuan yang dibutuhkan negara itu.
Dalam konferensi pers bersama, Selasa (7/2), Lavrov mengungkapkan Rusia akan memberikan bantuan lebih lanjut kepada Mali untuk meningkatkan kemampuan tempur angkatan bersenjatanya.