Berita

Kepala UN Aid, Martin Griffiths/Net

Dunia

Desak Pencabutan Larangan Kerja Perempuan, Kepala Bantuan PBB Akan Temui Pejabat Taliban

JUMAT, 30 DESEMBER 2022 | 11:09 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Menyusul keputusan Taliban yang melarang perempuan Afghanistan bekerja, Kepala Bantuan PBB (UN Aid) Martin Griffiths akan segera menemui pejabat Taliban dan menegosiasikan pencabutan aturan yang banyak memperoleh kritikan internasional tersebut.

Berita itu disampaikan oleh seorang pejabat senior AS pada Kamis (29/12), yang menyebut Griffiths tengah berusaha menemui para Imarah Taliban dalam beberapa minggu ke depan.

Rencana kunjungan itu dikeluarkan setelah PBB memutuskan  menghentikan beberapa program bantuan di Afghanistan karena kekurangan pekerja wanita akibat larangan yang diberlakukan.


Padahal, menurut koordinator bantuan PBB di Afghanistan, Ramiz Alakbarov, sekitar 30 persen dari pekerja bantuan yang ditugaskan di sana adalah perempuan dan mereka tidak akan digantikan oleh laki-laki.

"Kami menyesal melihat bahwa sudah ada dampak dari keputusan ini pada program kami," ujar Ramiz seperti dimuat Reuters.

Mengutip data PBB, Ramiz mengatakan 97 persen warga Afghanistan hidup dalam kemiskinan, dua pertiga populasi membutuhkan bantuan untuk bertahan hidup dan 20 juta orang menghadapi kelaparan akut.

"Kebutuhan kemanusiaan rakyat sangat besar dan penting bagi kami untuk terus bertahan dan memberikan," tambahnya.

Hingga kini, pihak Ramiz tengah menjalin komunikasi dengan kementerian Taliban untuk membahas dampak larangan staf perempuan terhadap program bantuan kemanusiaan, namun belum ada hasil yang dicapai.

"Diskusi dengan menteri lain belum menghasilkan hasil yang sama, tetapi sedang berlangsung," ungkapnya.

Ramiz menyebut 70 persen program PBB dilaksanakan dalam kemitraan dengan organisasi bantuan lainnya.

Sementara empat kelompok kemanusiaan global utama pekan lalu serempak menangguhkan operasi mereka karena tidak dapat menjalankan program tanpa staf perempuan.

Berkaitan dengan sumber aturan, Ramiz menjelaskan sebagian besar dekrit itu berasal dari Syura, atau dewan kepemimpinan, di tempat kelahiran Taliban, kota selatan Kandahar.

Menurut hasil penyelidikannya, dalam keputusan larangan pekerja Wanita, pendapat para pemimpin Taliban terpecah karena perbedaan generasi.

"Ini juga bersifat generasi. Generasi tua Taliban lebih konservatif," ungkap Ramiz.

Aturan pelarangan yang diberlakukan sejak Sabtu (24/12), merupakan serangkaian pembatasan Taliban terhadap perempuan sejak mengambil alih Afghanistan pada Agustus tahun lalu.

Pembatasan lainnya mencakup pelarangan dan penutupan sekolah menengah hingga universitas bagi perempuan, pelarangan mengakses tempat publik seperti taman dan tempat kebugaran/gym, hingga pemecatan pekerja pemerintah perempuan dan menggantinya dengan  saudara laki-laki mereka.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya