Berita

Achmad Nur Hidayat/Net

Publika

Proyek Kereta Cepat dan IKN Akan jadi Beban Presiden 2024-2029

RABU, 21 DESEMBER 2022 | 15:51 WIB | OLEH: ACHMAD NUR HIDAYAT

PROYEK Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang mengalami kecelakaan kerja pada hari Minggu sore (18/12), ternyata bukan pertama kali terjadi. Kecelakaan sudah beberapa kali terjadi dalam proses pengerjaan proyek kereta api cepat tersebut.

Begitu pula akibat perencanaan yang serampangan dan terlihat dipaksakan proyek ini membuat target penyelesaian proyek ini molor berkali kali. Pun anggaran dari proyek ini pun membengkak triliunan rupiah. Celakanya lagi untuk menambal kekurangan dana dari proyek ini diambil dari APBN.

Padahal ketika awal memutuskan bekerjasama dengan Cina untuk mengerjakan proyek ini adalah murni menggunakan dana pihak swasta dan tidak menggunakan APBN.


Penggunaan dana APBN terhadap proyek Kereta Cepat ini tentu saja merugikan Bangsa Indonesia. Dana APBN yang mestinya diprioritaskan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat malah digunakan untuk proyek yang sejak awal banyak masalah namun terlihat dipaksakan untuk dikerjakan.

Yang jadi pertanyaan besar juga adalah mengapa parlemen justru terkesan diam dan menyetujui proyek Kereta Cepat ini. Bahkan terkait masuknya dana APBN dalam proyek ini pun parlemen adem ayem saja.

Proyek kereta cepat ini sangat berpotensi menjadi beban pemerintah berikutnya setelah 2024 rezim Jokowi-Maruf Amin ini lengser. Presiden berikutnya akan dihadapkan satu permasalahan yang pelik terkait proyek kereta cepat ini.

Dari segi pendanaan proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung ini mirip seperti proyek IKN yang membutuhkan pendanaan yang besar. Yang dalam perjalanan pelaksanaan proyeknya membebani keuangan negara alih alih menguntungkan negara.

Di saat situasi masyarakat yang sedang sulit akibat pandemi dan resesi global apa urgensi proyek ini bagi masyarakat.

Dan hal ini tentu saja menjadi keprihatinan di saat ada seorang Bupati Kabupaten di Riau yang berteriak Minyak nya diangkut ke pusat sementara masyarakatnya mengalami kemiskinan extrem.

Sementara proyek-proyek mercusuar yang membebani keuangan negara triliunan rupiah dipaksakan untuk terus berjalan. 

Penulis adalah Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya