Peru kehilangan dua menterinya di tengah gejolak yang belum mereda di negara itu menyusul kemarahan pendukung Pedro Castillo. Pengunduran diumumkan sendiri oleh dua menteri itu pada Jumat (16/12) melalui akun Twitter.
Peru dilanda aksi protes besar setelah pemakzulan Castilo pekan lalu yang mengakibatkan banyak korban tewas dan luka. Pada Kamis, aparat keamanan melaporkan ada lagi kematian karena bentrokan.
Menteri Pendidikan Patricia Correa dan Menteri Kebudayaan Jair Perez kemudian bereaksi atas kematian itu.
"Pagi ini saya mempresentasikan surat pengunduran diri saya dari posisi menteri pendidikan. Kematian rekan senegaranya tidak dapat dibenarkan. Kekerasan negara tidak dapat dibesar-besarkan dan menyebabkan kematian," kata Correa dalam cuitannya, seperti dikutip dari Reuters.
Pengunduran diri juga dipicu karena Kongres gagal meloloskan reformasi konstitusi yang akan memajukan pemilihan presiden hingga Desember 2023.
Peru mengalami kekacauan politik selama bertahun-tahun. Pada 7 Desember krisis kian runcing ketika mantan presiden mengumumkan dia membubarkan Kongres dan memberlakukan keadaan darurat. Pengumuman itu justru membuat Castillo tersungkur. Kongres malah memilih untuk memakzulkannya.
Tak lama setelah Castilo disingkirkan, demonstrasi pecah. Lebih dari 20 orang tewas selama protes.
Pada Kamis, bentrokan di wilayah Ayacucho tengah menewaskan sedikitnya delapan orang. Rekaman di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa memblokir jalan utama dan bandara.
Protes berlanjut pada Jumat meskipun telah diberlakukan keadaan darurat nasional sejak Rabu.
PBB menyatakan "keprihatinan yang mendalam" atas laporan kematian Kamis dan penahanan anak di bawah umur yang terlibat dalam demonstrasi.
Pemerintah Peru mengatakan Menteri Luar Negeri Ana Cecilia Gervasi akan bertemu dengan Komisi Tinggi PBB pada Selasa mendatang untuk membahas situasi tersebut.