Peraih Nobel Perdamaian asal Kongo tahun 2018, Denis Mukwege/Net
Ketidakamanan dan kekerasan kembali menyelimuti Republik Demokratik Kongo sejak pemberontak M23 kembali bangkit tahun ini, dan melancarkan rentetan serangan mematikan.
Muncul dan berkembangnya kembali M23, diduga memperoleh dukungan dari negara tetangga Kongo, yakni Rwanda.
Untuk itu, pada Senin (12/12), peraih Nobel Perdamaian asal Kongo tahun 2018, Denis Mukwege mendesak PBB agar mau menghentikan dukungan Rwanda lewat sanksi yang dijatuhkan.
Merujuk pada resolusi PBB 2641 yang berisi pemberian sanksi terhadap negara mana pun yang mendukung kelompok bersenjata di Kongo, Mukwege dengan tegas meminta agar itu dapat segera diterapkan.
“Kita harus bisa meminta Rwanda untuk berhenti mendukung teroris M23, karena mereka adalah teroris, mereka membunuh, memperkosa, menghancurkan desa. Mereka didukung oleh negara anggota PBB," ujarnya seperti dimuat
US News.
Mukwege menjelaskan apa yang terjadi di negaranya saat ini, tidak jauh berbeda dengan kekacauan di Ukraina.
"Situasi di Republik Demokratik Kongo cukup sebanding dengan apa yang terjadi di Ukraina dengan Rusia," kata Mukwege.
Hingga kini, PBB tidak segera menanggapi permintaan Mukwege.
Kongo telah berulang kali menuduh tetangganya Rwanda mendukung para pemberontak.
Amerika Serikat, Parlemen Eropa, Belgia, dan sekelompok pakar PBB semuanya telah meminta Rwanda untuk mengakhiri dukungan tersebut.
Namun semua itu selalu dibantah oleh pemerintah terkait.
Kehadiran pemberontak M23 sudah sangat meresahkan kehidupan warga Kongo.
Kelompok militan yang dipimpin oleh Tutsi itu kerap melakukan tindakan eksekusi pada ratusan warga, bersama dengan kejahatan lain termasuk pemerkosaan, penculikan dan penjarahan.
Maret lalu, bahkan M23 telah menyerang Kongo dan menguasai beberapa kota di bagian Timur.
Sejak saat itu, menurut data PBB, sedikitnya 390 ribu orang telah mengungsi akibat pertempuran tersebut.