Rusia Menanggapi pernyataan Kardinal Sekretaris Negara Vatikan Pietro Parolin yang pada Senin (12/12) mengatakan Vatikan menginginkan Rusia-Ukraina segera berdamai dan Vatikan siap menjadi tuan rumah bagi dialog antara keduanya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova dalam saluran Telegramnya, menyinggung bagaimana Paus Fransiskus telah membuat marah banyak pihak terkait ujarannya tentang kekejaman tentara Buryat dan Chechnya. Pernyataan tersebut penuh dengan provokasi.
Alih-laih menyerukan perdamaian dan menjadi tuan rumah bagi dialog Rusia-Ukraina, Vatikan justru menyulut kemarahan banyak pihak.
"Saya mengkhawatirkan saudara-saudara Chechnya dan Buryat. Sejauh yang saya ingat, sampai saat ini tidak ada permintaan maaf dari Vatikan," kata Zakharova.
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada 28 November 2022, Paus mengatakan, bahwa tentara paling kejam yang berperang untuk Kremlin adalah Muslim dan Budha.
“Ketika saya berbicara tentang Ukraina, saya berbicara tentang kekejaman karena saya memiliki banyak informasi tentang kekejaman pasukan yang masuk," kata Paus saat itu, seperti dikutip dari
Kyiv Post.“Umumnya, yang paling kejam mungkin adalah mereka yang berasal dari Rusia tetapi bukan dari tradisi Rusia, seperti Chechen, Buryat, dan sebagainya. Pastinya yang menginvasi adalah negara Rusia. Ini sangat jelas,†sambungnya.
Chechnya adalah negara mayoritas Muslim dan Republik Buryatia di Siberia memiliki populasi Buddhis yang cukup besar .
Tradisi Rusia yang dibicarakan Paus adalah Kristen, khususnya Ortodoks Rusia.
Pasukan Rusia telah dituduh melakukan ribuan kejahatan perang selama invasi mereka ke Ukraina, yang ruang lingkupnya menunjukkan bahwa mereka tidak terbatas pada kelompok tertentu dalam angkatan bersenjata negara tersebut.
Tidak ada data pasti tentang jumlah militan Chechnya yang berjuang untuk Rusia, namun intelijen Ukraina percaya bahwa ada lebih dari 1200 prajurit yang sering diolok-olok disebut sebagai " pejuang Tik-Tok " karena kebiasaan mereka memposting video mereka berpose dengan senjata daripada benar-benar berkelahi.
Komentar Paus menimbulkan kontroversi dan menyebabkan kemarahan di Moskow.
Duta Besar Rusia untuk Vatikan, Alexander Avdeyev mengungkapkan kemarahannya dan membuat pernyataan terkait hal itu kepada pimpinan layanan diplomatik Tahta Suci, sementara Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut pernyataan seperti itu sebagai pemutarbalikan kebenaran.
"Ini bukan lagi Russophobia, ini adalah penyimpangan pada tingkat yang bahkan tidak dapat saya sebutkan," kata Zakharova.
Paus kemudian mengklaim bahwa pernyataannya tentang kekejaman tentara Buryat dan Chechnya disalahartikan dan hanya "kiasan".
"Dia mengatakan bahwa kata-katanya terdistorsi, bahwa dia, sebaliknya, membela budaya Rusia. Dia mengatakan bahwa budaya Rusia adalah bagian integral dari budaya Eropa. Ketika dia menyebut Buryat dan Chechnya, itu adalah kiasan. Dia hanya ingin mengatakan bahwa bahkan orang Ukraina tidak menuduh orang Rusia melakukan kekejaman. Arti kebalikan dari kata-katanya akhirnya menyebar," kata Sevastyanov, ketua Persatuan Orang Percaya Lama Dunia.