Berita

Presiden Serbia, Aleksandar Vucic/Net

Dunia

Ingin Gabung Uni Eropa, Serbia Akhiri Kebijakan Bebas Visa untuk Tunisia dan Burundi

SENIN, 24 OKTOBER 2022 | 17:11 WIB | LAPORAN: HANI FATUNNISA

Desakan Uni Eropa untuk mengatasi rute migrasi yang meningkat tajam di Balkan Barat, mendorong kebijakan Serbia untuk mengakhiri bebas visa bagi warga dari Tunisia dan Burundi.

Dimuat Al-Arabiya pada Minggu (23/10), Tunisia merupakan negara Eropa terakhir yang masih mengizinkan perjalanan bebas visa dari Afrika Utara.
 
Kebijakan tersebut bertentangan dengan anggota Uni Eropa yang telah lama sepakat untuk menerapkan visa bersama hanya di dalam kawasan.


"Saya berharap Serbia bertindak cepat sekarang. Ada kriteria untuk menjadi anggota UE, dan sebagian dari itu adalah kebijakan visa bersama," kata menteri dalam negeri Jerman, Nancy Faeser, dalam pertemuan dengan rekan-rekan Uni Eropa, awal Oktober lalu.

Otoritas Serbia lebih memilih untuk mengikuti aturan tersebut dan mewajibkan warga Tunisia mengajukan permohonan visa sebelum tiba di Beograd mulai 20 November mendatang.

Serbia mau tidak mau harus mengikuti saran UE, karena keinginan kuatnya untuk bergabung dalam organisasi ekonomi regional itu semakin menipis, terlebih sejak Beograd menolak untuk ikut menerapkan sanksi Barat pada Rusia.

Berakhirnya skema bebas visa untuk Tunisia dan Burundi mendapat banyak pujian oleh sejumlah lembaga negara anggota Uni Eropa di media sosial.

Namun, akademisi dan aktivis Tunisia, Mohammed Haddad dengan cepat mengkritik putusan Serbia karena akan semakin menjauhkan Eropa dari Afrika.

“Tembok antara Eropa dan Afrika baru saja diangkat lebih tinggi dan lebih banyak kematian di cakrawala. Kurangnya kebebasan bergerak. Apakah Anda menyebutnya sukses?" cuitnya.

Menurut Haddad, dengan berkurangnya rute aman ke Eropa, warga Tunisia yang melarikan diri dari kesulitan ekonomi dan politik, harus menuju rute migrasi mematikan yakni melintasi Mediterania.

Menurut angka resmi, lebih dari 22.500 migran telah dicegat di lepas pantai Tunisia sejak awal tahun, sekitar setengahnya dari Afrika sub-Sahara.

Terlebih saat ini Tunisia berada dalam pergolakan krisis ekonomi, dengan hanya sepertiga dari 12 juta penduduknya yang dapat bertahan hidup di bawah garis kemiskinan.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pertunjukan ‘Ada Apa dengan Srimulat’ Sukses Kocok Perut Penonton

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57

Peran Indonesia dalam Meredam Konflik Thailand-Kamboja

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33

Truk Pengangkut Keramik Alami Rem Blong Hantam Sejumlah Sepeda Motor

Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13

Berdoa dalam Misi Kemanusiaan

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59

Mualem Didoakan Banyak Netizen: Calon Presiden NKRI

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36

TNI AL Amankan Kapal Niaga Tanpa Awak Terdampar di Kabupaten Lingga

Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24

Proyek Melaka-Dumai untuk Rakyat atau Oligarki?

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58

Wagub Sumbar Apresiasi Kiprah Karang Taruna Membangun Masyarakat

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34

Kinerja Polri di Bawah Listyo Sigit Dinilai Moncer Sepanjang 2025

Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19

Dugaan Korupsi Tambang Nikel di Sultra Mulai Tercium Kejagung

Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya