Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Rusia Akan Deportasi Paksa 30 Ribu Anak di Wilayah Pendudukan ke Krimea

MINGGU, 09 OKTOBER 2022 | 07:42 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Setelah menganeksasi empat wilayah Ukraina, Rusia dilaporkan akan mendeportasi sedikitnya 30 ribu anak ke Krimea dan Kherson yang diduduki oleh Moskow.

Wakil Rusia di Oblast Kherson, Volodymyr Saldo pada Sabtu (8/10) mengatakan, anak-anak akan dideportasi dari wilayah Kherson yang diduduki ke wilayah Krasnodar dan Stavropol serta Krimea yang diduduki Rusia.

Langkah itu seiring dengan penandatanganan UU yang secara resmi mengakui Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson sebagai bagian dari Federasi Rusia oleh Presiden Vladimir Putin.


Pada 6 Oktober, The Kyiv Independent melaporkan Rusia secara paksa mendeportasi sekitar 1,6 juta warga Ukraina dari wilayah pendudukan.

"Banyak dari mereka melewati kamp penyaringan yang mengerikan dari penjajah, di mana mereka dilecehkan dan diintimidasi," tulis laporan itu, mengutip pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Dalam pernyataan lain, Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk mengatakan, ratusan ribu orang Ukraina yang dideportasi secara ilegal adalah anak-anak.

Pada Sabtu, sebuah jembatan yang menghubungkan Rusia ke Krimea hancur akibat ledakan bom mobil. Sebuah tangki bahan bakar terbakar di Jembatan Kerch.

Jembatan itu dibuka pada 2018 oleh Presiden Vladimir Putin, empat tahun setelah Moskow mencaplok Krimea dan dirancang untuk menghubungkan Semenanjung Krimea dengan jaringan transportasi Rusia.

Jembatan sepanjang 19 kilometer yang melintasi Selat Kerch dan menghubungkan Krimea dengan daratan Rusia, terdiri dari bagian kereta api dan kendaraan. Ini mulai beroperasi penuh pada tahun 2020.

Menurut beberapa laporan media, jembatan Krimea adalah target utama pasukan Ukraina yang telah menyerang logistik Rusia. Khususnya, Rusia baru-baru ini mencaplok empat wilayah Ukraina.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya