Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Faktor Keamanan, Prancis Sarankan Warganya Segera Pergi dari Iran

SABTU, 08 OKTOBER 2022 | 13:32 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Pemerintah Prancis menyarankan kepada warganya yang sedang berkunjung ke Iran untuk meninggalkan negara itu sesegera mungkin, dengan alasan risiko penahanan sewenang-wenang.

Kementerian Luar Negeri Prancis dalam riliisnya pada Jumat (7/10) mengatakan bahwa seruan tersebut juga berlaku untuk mereka yang berkewarganegaraan ganda.

"Semua pengunjung Prancis, termasuk warga negara ganda, menghadapi risiko tinggi penangkapan, penahanan sewenang-wenang dan pengadilan yang tidak adil," kata kementerian luar negeri di situsnya, seperti dikutip dari AFP, Sabtu (8/10).


"Risiko ini juga menyangkut orang yang melakukan kunjungan wisata sederhana," tambahnya.

Langkah itu dilakukan sehari setelah televisi pemerintah Iran menyiarkan apa yang dikatakannya sebagai "pengakuan" oleh dua warga negara Prancis, lima bulan setelah mereka ditangkap di republik Islam itu.

Pejabat serikat guru Prancis, Cecile Kohler, dan rekannya Jacques Paris telah ditahan di Iran sejak 7 Mei dan dituduh berusaha mengobarkan kerusuhan buruh selama pemogokan guru awal tahun ini.

Iran kemudian mengumumkan pada 11 Mei bahwa penangkapan dua orang Eropa itu dilakukan karena mereka datang dengan tujuan memicu kekacauan dan membuat masyarakat tidak stabil.

Selain Kohler dan Paris, dua warga negara Prancis lainnya saat ini ditahan di Iran.

Salah satunya adalah peneliti Prancis-Iran Fariba Adelkhah, ditangkap pada Juni 2019 dan kemudian dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena merusak keamanan nasional, tuduhan yang dibantah keras keluarganya.

Warga negara Prancis lainnya, Benjamin Briere, ditangkap pada Mei 2020 dan kemudian dijatuhi hukuman delapan tahun delapan bulan penjara karena spionase, tuduhan yang dia tolak.

Mereka termasuk di antara lebih dari 20 orang Barat, kebanyakan dari mereka berkewarganegaraan ganda, ditahan atau dicegah meninggalkan Iran.

Kelompok hak asasi menuduh Teheran mempraktikkan semacam diplomasi penyanderaan dengan para tahanan, menggunakan mereka sebagai alat negosiasi dengan dunia luar, tetapi Iran menolak tuduhan tersebut.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

KPK Usut Pemberian Rp3 Miliar dari Satori ke Rajiv Nasdem

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:08

Rasio Polisi dan Masyarakat Tahun 2025 1:606

Selasa, 30 Desember 2025 | 16:02

Tilang Elektronik Efektif Tekan Pelanggaran dan Pungli Sepanjang 2025

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:58

Pimpinan DPR Bakal Bergantian Ngantor di Aceh Kawal Pemulihan

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:47

Menag dan Menko PMK Soroti Peran Strategis Pendidikan Islam

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:45

Jubir KPK: Tambang Dikelola Swasta Tak Masuk Lingkup Keuangan Negara

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:37

Posko Kesehatan BNI Hadir Mendukung Pemulihan Warga Terdampak Banjir Bandang Aceh

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:32

Berikut Kesimpulan Rakor Pemulihan Pascabencana DPR dan Pemerintah

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:27

SP3 Korupsi IUP Nikel di Konawe Utara Diterbitkan di Era Nawawi Pomolango

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:10

Trump ancam Hamas dan Iran usai Bertemu Netanyahu

Selasa, 30 Desember 2025 | 15:04

Selengkapnya