Berita

Kerusuhan di Kanjuruhan/Net

Politik

Duga Ada Sabotase, IDM Tetap Minta Semua Pihak Percaya pada Tim Pencari Fakta

JUMAT, 07 OKTOBER 2022 | 17:58 WIB | LAPORAN: AHMAD SATRYO

Tragedi meninggalnya ratusan orang di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, usai gelaran pertandingan Arema melawan Persebaya, diduga karena faktor kesengajaan oleh pihak ketiga.

Dugaan tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM), Fahmi Hafel kepada wartawan, Jumat (7/10).

Dia berpendapat, seluruh pihak yang terlibat dalam laga pertandingan liga tidak ada yang menginginkan adanya tragedi Kanjuruhan.

"Tidak ada pihak manapun yang menginginkan terjadinya tragedi Kanjuruhan, baik itu PSSI, polisi, TNI, pihak penyelenggara pertandingan sepak bola di Kanjuruhan, juga para Aremania (supporter Arema)," ujar Fahmi.

Mengenai faktor sebab tragedi Kanjuruhan terjadi, Fahmi meminta publik untuk mempercayakannya kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakya (TGIPF) yang berkepentingan dalam melakukan tugasnya masing-masing untuk mengungkap kasus ini.

Namun karena melihat sejumlah faktor, dia menduga ada pihak-pihak yang sengaja membuat kejadian ini terjadi.

"Apakah memang tragedi Kanjuruhan itu akibat sebuah sabotase dari pihak ketiga yang sengaja masuk dalam stadion Kanjuruhan dan menciptakan keributan," tutur Fahmi.

"Yang mana sejalan dengan keadaan situasi nasional saat ini di mana harga BBM naik, kurs rupiah melemah yang tujuannya agar menciptakan tragedi Kanjuruhan yang bisa menarik perhatian internasional," sambungnya.

Jika dalam proses pengusutan nanti ditemukan adanya sabotase, Fahmi meyakini tujuan dari pihak ketiga yang bermain adalah untuk menyerang pemerintahan Jokowi.

"Agar di mata internasional sistem keamanan nasional dianggap sangat lemah, apalagi jelang penyelenggaraan G20 yang akan dihadiri oleh pimpinan pimpinan negara G20," ucapnya.

"Karena itu, IDM menekankan pada TNI, Polri dan BIN serta BSSN agar memberikan pengamanan superketat dalam pertemuan G20 nanti, karena jangan sampai ada aksi-aksi yang menganggu keamanan di saat G20," demikian Fahmi menutup.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

Bentuk Unit Khusus Pidana Ketenagakerjaan, Lemkapi sebut Kapolri Visioner

Kamis, 02 Mei 2024 | 22:05

KPK Sita Bakal Pabrik Sawit Diduga Milik Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 21:24

Rakor POM TNI-Polri

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:57

Semarak Hari Kartini, Srikandi BUMN Gelar Edukasi Investasi Properti

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:50

KPK Sita Kantor Nasdem Imbas Kasus Bupati Labuhanbatu

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:46

Sesuai UU Otsus, OAP adalah Pribumi Pemilik Pulau Papua

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:33

Danone Indonesia Raih 3 Penghargaan pada Global CSR dan ESG Summit 2024

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:21

Pabrik Narkoba di Bogor Terungkap, Polisi Tetapkan 5 Tersangka

Kamis, 02 Mei 2024 | 20:15

Ahmed Zaki Harap Bisa Bermitra dengan PKB di Pilgub Jakarta

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:50

PP Pemuda Muhammadiyah Gelar Tasyakuran Milad Songsong Indonesia Emas

Kamis, 02 Mei 2024 | 19:36

Selengkapnya