Berita

Menteri Luar Negeri Sri Lanka Ali Sabry melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di sela-sela Sidang Majelis Umum ke-77 PBB di New, York, Amerika Serikat/Net

Dunia

Sering Dikecewakan, Sri Lanka Lebih Waspada Saat Bahas Perjanjian Perdagangan Bebas dengan China

MINGGU, 02 OKTOBER 2022 | 08:45 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Pemerintah Sri Lanka tampaknya mengambil langkah yang lebih berhati-hati atas rencana Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan China, meski berada di tengah krisis.

Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Sri Lanka Ali Sabry melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di sela-sela Sidang Majelis Umum ke-77 PBB di New, York, Amerika Serikat.

Dari pernyataan yang dirilis Kedutaan Besar China, kedua belah pihak sepakat untuk mempercepat proses negosiasi dan mengupayakan penyelesaian FTA.

Namun antusiasme serupa tidak terlihat di pihak Sri Lanka, Ali Sabry memang mencuit tentang pertemuan tersebut, tetapi tidak ada jejak diskusi tentang FTA.

Sri Lanka dan China telah membahas FTA sejak 2015. China sendiri sangat tertarik dengan hal itu, sering mengulanginya, dan bahkan menjadikannya syarat untuk melanjutkan investasi keuangan di Sri Lanka.

Dalam siaran pers, Sri Lanka mengatakan bahwa China telah menandatangani lebih dari 26 FTA dengan Kolombo. Namun, krisis ekonomi yang semakin intensif.

Di samping itu, muncul juga pihak-pihak yang menentang perjanjian tersebut di Sri Lanka karena khawatir China dapat memonopoli pasar di sana.

Dengan FTA, China menginginkan tarif nol pada 90 persen barang yang dijual satu sama lain segera setelah FTA ditandatangani, sementara Sri Lanka ingin memulai dengan tarif nol pada hanya setengah dari produk yang bersangkutan dan berkembang secara bertahap selama 20 tahun. Tuntutan Sri Lanka masuk akal dari sudut pandang ekonomi.

Yang membuat China cemas, India dengan cepat datang dengan paket bantuan 4 miliar dolar ASdan memperkuat hubungannya dengan Sri Lanka. China memang mengumumkan pinjaman dan kredit pembeli sebesar 2,5 miliar dolar AS, tetapi itu tidak dilaksanakan.

Saat ini, Sri Lanka terlibat dalam mengelola krisis ekonomi yang sedang berlangsung dan tidak mungkin memiliki waktu atau kecenderungan untuk mulai membahas masalah yang kompleks dan kontroversial seperti FTA dengan China.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Kantongi Sertifikasi NBTC, Poco F6 Segera Diluncurkan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 08:24

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji!

Senin, 06 Mei 2024 | 05:37

Samani-Belinda Optimis Menang di Pilkada Kudus

Senin, 06 Mei 2024 | 05:21

PKB Kota Probolinggo cuma Buka Pendaftaran Wawalkot

Senin, 06 Mei 2024 | 05:17

Golkar-PDIP Buka Peluang Koalisi di Pilgub Jabar

Senin, 06 Mei 2024 | 04:34

Heboh Polisi Razia Kosmetik Siswi SMP, Ini Klarifikasinya

Senin, 06 Mei 2024 | 04:30

Sebagian Wilayah Jakarta Diperkirakan Hujan Ringan

Senin, 06 Mei 2024 | 03:33

Melly Goeslaw Tetarik Maju Pilwalkot Bandung

Senin, 06 Mei 2024 | 03:30

Mayat Perempuan Tersangkut di Bebatuan Sungai Air Manna

Senin, 06 Mei 2024 | 03:04

2 Remaja Resmi Tersangka Tawuran Maut di Bandar Lampung

Senin, 06 Mei 2024 | 02:55

Aspirasi Tak Diakomodir, Relawan Prabowo Jangan Ngambek

Senin, 06 Mei 2024 | 02:14

Selengkapnya