Berita

Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat/Net

Publika

Resesi Global Mengancam Ekonomi Indonesia, Saatnya Menempuh Cara Ekonomi Baru

JUMAT, 30 SEPTEMBER 2022 | 17:10 WIB | OLEH: ACHMAD NUR HIDAYAT

PARA ekonom dunia telah membunyikan alarm akan kedatangan badai resesi global. Indikatornya semakin terasa dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global terutama tiga ekonomi besar yaitu Amerika Serikat, China dan Uni Eropa.

Pelambatan ekonomi global tersebut diprediksi berdampak buruk bagi pasar negara berkembang dan skenario terburuknya adalah ekonomi negara berkembang masuk ke resesi yang dalam dan panjang kecuali menempuh model ekonomi yang tidak biasa (unconventional policy framework) dan kreatif.

Ekonomi Indonesia pun pasti akan terdampak. Bahkan Jika Indonesia tidak siap maka penderitaan rakyat yang ditandai dengan masifnya angka kemiskinan, tingginya kriminalitas dan maraknya PHK akan semakin akut setelah diterpa inflasi (kenaikan-kenaikan harga) pasca kenaikan BBM dan pandemi Covid-19. Ini saatnya Indonesia mempersiapkan diri dengan baik.


Ekonomi Model Baru adalah Solusi Krisis

Ekonomi model baru atau Unconventional Economic Policy Framework adalah cara berfikir baru dalam menjalankan kebijakan ekonomi.

Hal ini perlu dilakukan karena cara konvensional diyakini tidak akan membawa Indonesia keluar dari krisis karena krisis global yang melanda ke depan diakibatkan kebijakan pengelolaan ekonomi cara lama, yaitu ekonomi yang mengedepankan pertumbuhan dengan basis pembangunan infrastruktur yang berasal dari akumulasi utang luar negeri.

Gaya lama pengelolaan ekonomi menjadi sumber krisis saat ini di mana konsep ini menyakini negara tidak akan bangkrut dengan mengakumulasi utang luar negeri. Keyakinan ini menyebabkan seluruh negara di dunia mengakumulasi ULN dalam jumlah yang tidak terbayangkan.

Amerika, China, dan Uni Eropa mengakumulasi ULN tanpa underlying ekonomi yang kuat. Ekonomi berbasis fiat money di mana uang dicetak tanpa batas, terutama untuk membiayai pandemi Covid-19.

Negara di dunia secara serentak menaikkan suku bunga bank sentralnya dengan begitu negara-negara dengan utang tinggi tidak akan mampu membayar bunga dan pokok utangnya. Demikian fitur utama krisis yang akan dihadapi semua negara.

Ekonomi gaya lama ala neo-liberal harus diakhiri. Para tim ekonomi harus menyadari mengikuti pola lama akan berakhir dengan Indonesia masuk jurang resesi yang dalam. APBN 2023 jangan lagi prioritas pada anggaran proyek mercusuar apalagi dengan sumber pembiayaan dari utang.

Pendekatan ekonomi baru harus berbasis pada kesadaran bahwa Indonesia tidak akan survive bila ekonominya berbasis utang.

Salah satu fitur krisis yang akan datang adalah ekonomi negara di dunia tidak akan lagi mengandalkan perdagangan dunia dan global investasi. Negara yang bertahan dari krisis diprediksi adalah negara yang punya sektor rill yang kuat banting dan negara yang membelanjakan APBN-nya dengan cerdas dan prioritas.

Saat krisis global benar-benar terjadi, sumbangan investasi dan perdagangan internasional terhadap pertumbuhan ekonomi tidak dapat diandalkan. Oleh karena itu, model ekonomi baru harus mempersiapkan ekonomi yang berdiri di kaki sendiri.

Saat resesi ekonomi global menyerang, Indonesia tidak bisa mengandalkan produk import untuk pangan dan energi. Industri manufaktur yang bahan bakunya bersifat import savvy harus dicarikan substitusi material dari dalam negeri bila tidak industri seperti itu akan bangkut.

Model ekonomi baru juga perlu mendukung pembiayaan sektor riil yang murah dan tidak ribet. Selain itu, model ekonomi baru harus memperbaiki skema kerjasama investasi terutama yang terkait dengan mineral nikel.

Patut diingat bahwa model ekonomi gaya lama menyebabkan industri-industri strategis banyak dikuasai asing termasuk mineral nikel bahan baku baterai listrik.

China sudah mendominasi penguasaan nikel, gas dan mineral lainnya sehingga Indonesia tidak dapat memanfaatkan produk tersebut untuk kemakmuran rakyat.

Indonesia mengalami surplus besar karena windfall kenaikan harga batu bara dan harga CPO dunia, namun saat permintaan dari China, India dan Uni Eropa turun maka harga kedua komoditas tersebut akan terseok-seok dan akhirnya penerimaan negara akan menyusut sehingga semakin berat negara yang masih menggunakan model lama.

Oleh karena itu ekonomi model baru yang menempatkan kepentingan publik diatas kepentingan segelintir oligarki harus diimplementasikan.

Jika Indonesia tidak bergegas menerapkan ekonomi gaya baru maka upaya preventif jatuhnya ekonomi Indonesia akibat resesi global dunia tidak dapat dihindari.

Resesi tersebut akan menyebabkan kesulitan ekonomi rakyat makin berat maka dipastikan kemampuan daya beli masyarakat akan sangat terpuruk dan kehidupan mereka semakin menderita. Semoga hal tersebut segera disadari oleh kita semua.

Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute

Populer

Bobby dan Raja Juli Paling Bertanggung Jawab terhadap Bencana di Sumut

Senin, 01 Desember 2025 | 02:29

NU dan Muhammadiyah Dikutuk Tambang

Minggu, 30 November 2025 | 02:12

Padang Diterjang Banjir Bandang

Jumat, 28 November 2025 | 00:32

Sergap Kapal Nikel

Kamis, 27 November 2025 | 05:59

Peluncuran Tiga Pusat Studi Baru

Jumat, 28 November 2025 | 02:08

Bersihkan Sisa Bencana

Jumat, 28 November 2025 | 04:14

Evakuasi Banjir Tapsel

Kamis, 27 November 2025 | 03:45

UPDATE

Tragedi Nasional dari Sumatra dan Suara yang Terlambat Kita Dengarkan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:44

Produktivitas Masih di Bawah ASEAN, Pemerintah Susun Langkah Percepatan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:41

Lewat Pantun Cak Imin Serukan Perbaiki Alam Bukan Cari Keributan

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:38

Bank Mandiri Sabet 5 Penghargaan BI

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:27

Liga Muslim Dunia Siap Lobi MBS untuk Permudah Pembangunan Kampung Haji Indonesia

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:18

Banjir Rob di Pesisir Jakarta Berangsur Surut

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:13

RI–Timor Leste Sepakat Majukan Koperasi

Jumat, 05 Desember 2025 | 15:08

Revisi UU Cipta Kerja Mendesak di Tengah Kerusakan Hutan Sumatera

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:57

Bahlil Telusuri Dugaan Keterkaitan Tambang Martabe dengan Banjir Sumut

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:48

BI: Cadangan Devisa RI Rp2.499 Triliun per Akhir November 2025

Jumat, 05 Desember 2025 | 14:39

Selengkapnya