Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Universitas China Diserang Badan Keamanan Nasional AS, Beijing Kecam Washington sebagai Ancaman Terbesar Dunia Maya

JUMAT, 30 SEPTEMBER 2022 | 06:49 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

China menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) adalah ancaman terbesar bagi keamanan dunia maya global.

Ini merujuk pada hasil investigasi Pusat Tanggap Darurat Virus Komputer Nasional China yang menyebutkan bahwa Badan Keamanan Nasional AS (NSA) telah melakukan serangan siber terhadap Universitas Politeknik Northwestern China.
 
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan laporan itu menunjukkan bukti yang tidak bisa dibantah lagi, terlebih bahwa itu bukan laporam yang pertama kalinya.


"Ini adalah laporan investigasi ketiga yang dikeluarkan oleh lembaga China yang relevan bulan ini mengenai serangan siber berbahaya NSA terhadap Universitas Politeknik Northwestern China," kata Wang, seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (29/9).

Menurut Wang, China dalam beberapa pekan terakhir menuntut penjelasan dari AS dan memintanya untuk segera menghentikan tindakan ilegal melalui berbagai jalur.

Sejauh ini, AS tidak memberikan bantahannya.

"AS begitu menggebu-gebu ketika menyebarkan kebohongan tentang 'peretas China'. Namun, AS memilih saat dihadapkan pada bukti otentik yang didapatkan oleh lembaga China," katanya.

"Apa sebenarnya yang AS sembunyikan?" tanya Wang kemudian.

Praktik intimidasi AS di dunia maya telah menjadi kekhawatiran yang berkembang di seluruh komunitas internasional.

Laporan investigasi merinci bagaimana Office of Tailored Access Operation (TAO) NSA mengendalikan fasilitas infrastruktur utama di China dan menyusup ke jaringan internal Northwestern Polytechnical University China dengan menggunakan server di negara-negara seperti Belanda dan Denmark.  TAO berupaya menampung senjata siber melalui serangan batu loncatan dari  Jepang, Jerman, Republik Korea dan negara-negara lain.

Hal ini memungkinkan TAO untuk mencuri data dan informasi sensitif dari orang-orang dengan identitas sensitif.

Menurut laporan tersebut AS juga diam-diam mengendalikan operator telekomunikasi dari setidaknya 80 negara dan melakukan penyadapan tanpa pandang bulu pada pengguna telekomunikasi global.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya