Berita

Gletser yang mencair di Pegunungan Alpen, Swiss/Reuteres

Dunia

Gletser di Pegunungan Alpen Swiss Catat Pencairan Terburuk

KAMIS, 29 SEPTEMBER 2022 | 10:23 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Gletser di pegunungan Alpen Swiss mencair ke dalam tingkat terburuk pada musim panas tahun ini. Kehilangan enam persen volume gletser menyebabkan keterkejutan yang mendalam bagi para ilmuwan. Sebab bebatuan yang telah lama terkubur sejak ribuan tahun  muncul kembali.

Selain itu, seperti dimuat Reuters, akibat pencairan ekstrem ini jenazah orang serta bangkai pesawat yang hilang selama beberapa dekade lalu juga ditemukan di lokasi lain Pegunungan Alpen.

Menurut Jaringan Pemantauan Gletser Swiss (GLAMOS), pencatatan data yang telah dimulai lebih dari satu abad ini, kini telah menuliskan rekor gletser mereka yang saat ini mencair dua kali lipat lebih parah daripada tahun 2003 lalu.


"Kami tahu dengan skenario iklim bahwa situasi ini akan tiba, setidaknya di suatu tempat di masa depan. (Kami) menyadari bahwa masa depan sudah ada di sini, saat ini, ini mungkin pengalaman paling mengejutkan di musim panas ini,” kata kepala badan GLAMOS, Matthias Huss yang dimuat Reuters pada Rabu (28/9).

Para ilmuwan di seluruh Pegunungan Alpen, termasuk Huss, saat ini telah diwajibkan untuk melakukan perbaikan darurat di sejumlah lusinan lokasi,  dikarenakan es yang mencair dapat berisiko mencabut tiang pengukur yang akan merusak data mereka.

Kerugian besar tahun ini, yang berjumlah sekitar 3 km kubik es, dikatakan merupakan hasil dari hujan salju yang rendah, yang diperparah dengan gelombang panas yang terjadi secara berturut-turut. Hujan salju sendiri berfungsi untuk melindungi gletser dari pencairan yang lebih lanjut setelah berakhirnya musim panas, dengan memantulkan sinar matahari kembali ke atmosfer.

Menurut laporan pada  2019 oleh Panel Antarpemerintah PBB tentang Perubahan Iklim, jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, gletser Pegunungan Alpen diperkirakan akan kehilangan lebih dari 80 persen massanya, yang kemungkinan terjadi pada tahun 2100.

Banyak yang akan hilang terlepas dari tindakan emisi apa pun yang dilakukan sekarang, akibat dari pemanasan global yang dipicu oleh emisi masa lalu.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya