Berita

Duta Besar Vietnam untuk Indonesia, Ta Van Thong berpidato dalam acara HUT ke-77 Vietnam di Hotel JW Marriott, Jakarta pada 14 September 2022/RMOL

Dunia

Pernah Krisis Pangan karena Perang, Sekarang Vietnam Jadi Pengekspor Beras Utama Dunia

KAMIS, 15 SEPTEMBER 2022 | 00:06 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Vietnam menjadi salah satu negara yang mampu bangkit dari keterpurukan. Pernah hancur akibat perang, Vietnam terbukti bisa menata diri dan menjadi negara berkembang.

Meski telah merdeka sejak 2 September 1945, namun hal itu tidak serta merta membuat rakyat Vietnam merasakan kesejahteraan. Lantaran baru 30 tahun kemudian, yaitu 1975, Vietnam akhirnya bersatu setelah perang.

Perang Vietnam yang berlangsung dari 1957 hingga 1975 sendiri diperkirakan telah menewaskan sekitar dua juta warga sipil Vietnam. Penggunaan senjata kimia juga membuat banyak warga mengalami cacat fisik. Di samping itu, perang juga merusak lingkungan, membuat hutan gundul dan Vietnam tidak memiliki stok makanan.

Namun Vietnam telah berubah dan dapat menikmati perdamaian, kemerdekaan, dan kebebasan.

"Vietnam dikenal sebagai negara yang terbelah dan hancur karena perang dan konflik. (Tapi) saat ini (Vietnam) menjadi tujuan populer bagi teman-teman di seluruh dunia," kata Duta Besar Vietnam untuk Indonesia, Ta Van Thong dalam pidatonya untuk merayakan 77 tahun kemerdekaan Vietnam di Hotel JW Marriott, Jakarta pada Rabu malam (14/9).

"Dari negara defisit pangan, Vietnam telah menjadi pengekspor beras, kopi, dan kacang mete utama dunia," lanjutnya.

Ta Van Thong menjelaskan, perkembangan yang dialami oleh Vietnam tidak lepas dari Revolusi Doi Moi yang diluncurkan pada akhir 1986. Doi Moi merujuk pada kampanye Vietnam untuk menciptakan ekonomi pasar berorientasi sosialis.

Dengan upaya ini, Ta Van Thong menyebut, perekonomian Vietnam berjalan dengan sangat baik selama beberapa dekade, dengan pertumbuhan rata-rata hampir 7 persen per tahun.

Vietnam juga telah menjalin kerjasama Free Trade Agreement (FTA) dengan 18 pasar, termasuk ASEAN, Uni Eropa, China, Jepang, India, Korea, Australia, dan Selandia Baru.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

SPS Aceh Dinobatkan sebagai SPS Provinsi Terbaik 2024

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:53

Hari Ini Nasdem Muara Enim Buka Penjaringan Balon Bupati dan Wabup

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:36

Prof Sugianto Janjikan Netralitas ASN pada Pilkada 2024 kalau Ditunjuk jadi Pj Bupati

Rabu, 01 Mei 2024 | 05:14

Teriakan "Ijeck Gubernur" Menggema di Syukuran Kosgoro 1957 Sumut

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:58

Dihiasi 2 Penalti, Bayern Vs Madrid Berakhir 2-2

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:46

Dai Kondang Ustaz Das'ad Latif Masuk Daftar Kandidat Nasdem untuk Pilwalkot Makassar

Rabu, 01 Mei 2024 | 04:22

Jelang Pilkada, Pj Gubernur Jabar Minta Seluruh ASN Jaga Netralitas

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:58

Ekonomi Pakistan Semakin Buruk

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:37

Kader PKB Daftar sebagai Bacabup Aceh Besar lewat Demokrat

Rabu, 01 Mei 2024 | 03:29

Ngaku Punya Program Palembang Bebas Banjir, Firmansyah Hadi Daftar di PDIP

Rabu, 01 Mei 2024 | 02:31

Selengkapnya