Upaya pemanfaatan residu pembakaran batubara yang dikenal dengan sebutan FABA (Fly Ash dan Bottom Ash) sebagai ekonomi sirkuler akan mendorong bangsa Indonesia keluar dari krisis karena mampu bertahan menghadapi berbagai ancaman, termasuk rawan pangan. Oleh karena itu, Lemhannas RI mendesak PLN, PJB, dan EMI untuk mengadakan seminar nasional terkait pemanfaatan FABA.
Demikian kesimpulan dari Sosialisasi/FGD "Pemanfaatan FABA dalam Mewujudkan Ekonomi Sirkuler dan Green Economy Berbasis Keterlibatan Masyarakat" yang menghadirkan Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan/KLHK,Ir. Sarwono Kusumaatmadja.
Selain Sarwono, hadir pula Deputi Bidang Pengkajian Strategis Lemhannas RI, Prof. Reni Mayerni, dan Pangkogabwilhan II, Marsdya TNI Imran Baidirus. Sosialisasi itu diadakan di atas tanah yang telah terbengkalai lebih dari 10 tahun, di Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta, Jumat (26/8).
Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari MoU antara TNI dan PLN pada Oktober 2021, tentang Pemanfaatan FABA dan Sinergi Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL).
Sarwono menjelaskan, ekonomi sirkuler adalah kegiatan ekonomi berkelanjutan. Sementara dalam ekonomi linier, proses produksi hanya untuk menciptakan produk satu saja dan sisanya adalah limbah.
“Maka ekonomi sirkuler adalah kegiatan berlangsung melingkar di mana ketika satu produk tercipta dan menghasilkan limbah, maka limbah itu dimanfaatkan kembali untuk menciptakan produk lain. Dengan demikian kemajuan perusahaan dan jumlah lapangan kerja baru yang luar biasa akan tercipta," tutur Sarwono, melalui keterangannya, Sabtu (27/8).
Sedangkan
green economy (ekonomi hijau), menurut Sarwono, merupakan kegiatan yang berbasis alam. Terkait perubahan iklim saat ini ada upaya bagaimana Negara mengurangi emisi karbon, di mana yang paling optimal adalah mengembalikan sifat alami tanah dan penanaman pohon.
Sarwono pun optimistis Indonesia bakal keluar sebagai pemenang.
“Karena kita masyarakat Indonesia adalah orang kreatif ketika dalam situasi kepepet,†pungkasnya.
Sementara Reni Mayerni menegaskan, agar pemanfaatan FABA dilakukan masyarakat secara lebih luas dan massif perlu segera menggelar seminar nasional untuk mendorong ekonomi sirkuler dalam menunjang ekonomi hijau dan ketahanan pangan. Apalagi ke depan dengan semakin berkurangnya sumber daya alam maka pupuk berpotensi semakin langka.
“FABA sebagai alternatif pupuk ini perlu disosialisasikan ke petani secara luas. Ada abu atau debu kok bisa menjadi pupuk, terus bagaimana pemanfaatan lainnya selain untuk pupuk misalnya. Untuk pemberdayaan UMKM lainnya juga harus dipahami dan diterapkan oleh masyarakat,†jelasnya.
Presiden Joko Widodo, lanjut Reni Mayerni, sangat
concern terkait dengan tercapainya ketahanan pangan. Lemhannas mendapat tugas untuk melakukan kajian terkait dengan mencari solusi atas ancaman krisis pangan.
Hal senada disampaikan Marsekal Madya Imran Baidirus yang mendukung penuh pemanfaatan FABA. Ia juga akan menggunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana di wilayahnya.
“Saya usul disusun juga komposisi standar penggunaannya, bagaimana metode atau caranya membuat pupuk. Jadi memudahkan masyarakat pengguna tanpa coba-coba,†sambung Imran Baidirus.
Adapun secara online, Direktur Manajemen Sumber Daya Manusia PT PLN, Yusuf Didi Setiarto, mengungkapkan, dalam rangka mewujudkan
net zero emission 2060 penanganan soal FABA menjadi concern bersama pemerintah dan PLN.
FABA yang bukan merupakan limbah B3 menjadi sumber daya ekonomi sirkuler untuk dioptimalkan bagi kemaslahatan bersama.
“Dengan sinergi BUMN, Pemda, TNI, Polri, dan masyarakat luas untuk bergotong royong memberi nilai tambah FABA bagi kebutuhan rakyat. Membangun jalan, rumah, sarana prasarana serta mendorong tumbuhkembangnya energi hijau untuk hidup yang lebih baik,†ujarnya.
Menurut Didi, pemanfaatan FABA sebagai material untuk bangunan rumah, jalan, jembatan, dan lain sebagainya dapat menekan biaya hingga 50 persen dibanding menggunakan material konvensional.
Hingga saat ini sudah ada 18,8 km jalan, 2 jembatan, dan 3.000 UMKM memanfaatkan FABA untuk berbagai keperluan tersebut.
Acara ditutup dengan penanaman tanaman pangan dan bioenergi sebagai langkah nyata upaya sirkuler ekonomi dalam menunjang program ekonomi hijau dan pemerataan pembangunan infrastruktur di seluruh wilayah Indonesia, sebagaimana diamanatkan oleh Presiden Jokowi pada berbagai kesempatan.
Hadir juga dalam sosialisasi ini, AM Putut Prabantoro (Taprof Bid. Ideologi & Sosbud Lemhannas RI), Dr. Abdul Moein, M.Si (Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion/P3E), Thomas Jusman (Ketua Umum Kadin Bangka Belitung), Lina SE (Pengusaha dan Alumnus PPSA XXI Lemhannas RI).
Kemudian Dr. Cris Kuntadi (Dosen Universitas Bhayangkara Jakarta Raya dan Widyaiswara Utama Kemenhub), Daryanto Ariadi (Ketua Task Force FABA PLN), Antonius Aris (Direktur Operasi EMI), Jati Pamungkas (Manager Niaga PT PJB).
Juga dihadiri Dimas Erlangga (Manager LK3 PT. PJB Services) dan Boyke (VP Business Development PT PGN Solution). Dalam sosialisasi dihadirkan pula pemateri Ajrun Karim (VP Lingkungan PLN) dan Mujiharjo (Dukuh Kalipentung Sleman).