Berita

Presiden Rusia Vladimir Putin bersama Dmitry Medvedev, saat menghadiri rapat di Moskow pada 15 Januari 2020/Reuters

Dunia

Mantan Presiden Rusia: Ukraina Terlambat Membangun Perdamaian, Rusia Tidak Akan Hentikan Perang

SABTU, 27 AGUSTUS 2022 | 12:32 WIB | LAPORAN: ALIFIA DWI RAMANDHITA

Sudah terlambat bagi Ukraina jika ingin mengurungkan niatnya bergabung bersama NATO, karena Rusia dikabarkan tidak akan menghentikan kampanye militernya di Kiev.

Hal ini disampaikan oleh mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia dalam wawancara di televisi Prancis pada Jumat(26/8).

"Meninggalkan partisipasinya dalam aliansi Atlantik Utara sekarang penting, tetapi itu sudah tidak cukup untuk membangun perdamaian," kata Medvedev kepada televisi LCI dalam kutipan yang dilaporkan oleh kantor berita Rusia, dilansir dari Malay Mail.


Bahkan sebelum invasi Februari, Moskow menjelaskan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak dapat diterima.

Rusia, katanya, akan melanjutkan kampanye militernya sampai tujuannya tercapai. Putin mengatakan dia ingin "mendenazifikasi" Ukraina. Sementara Kyiv dan Barat mengatakan ini adalah dalih tak berdasar untuk perang penaklukan.

Medvedev menambahkan pada wawancara di televisi Prancis bahwa Rusia siap untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan syarat-syarat tertentu. Sebelumnya Kiev dan Moskow telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan setelah serangan dimulai, akan tetapi pembicaraan tersebut tidak membuat kemajuan dan hanya ada sedikit prospek untuk memulai perundingan kembali.

“Ini (pembicaraan) akan tergantung pada bagaimana peristiwa itu terjadi. Kami sudah siap sebelumnya untuk bertemu (Zelensky),” kata Medvedev.

Dalam komentarnya lebih lanjut, mantan presiden itu mengatakan senjata AS yang sudah dipasok ke Ukraina, seperti peluncur roket ganda HIMARS, belum dapat menimbulkan ancaman yang substansial bagi Rusia.

Tapi itu bisa berubah, katanya, jika senjata yang dikirim AS bisa mengenai target pada jarak yang lebih jauh.

“Artinya ketika rudal semacam ini terbang 70 km, itu satu hal. Tetapi ketika itu 300-400 km, itu lain hal, itu akan menjadi ancaman langsung ke wilayah Federasi Rusia,”pungkasnya.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Demokrat: Tidak Benar SBY Terlibat Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 22:08

Hidayat Humaid Daftar Caketum KONI DKI Setelah Kantongi 85 Persen Dukungan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:57

Redesain Otonomi Daerah Perlu Dilakukan untuk Indonesia Maju

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:55

Zelensky Berharap Rencana Perdamaian Bisa Rampung Bulan Depan

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:46

Demokrasi di Titik Nadir, Logika "Grosir" Pilkada

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:37

Demokrat: Mari Fokus Bantu Korban Bencana, Setop Pengalihan Isu!

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:35

Setoran Pajak Jeblok, Purbaya Singgung Perlambatan Ekonomi Era Sri Mulyani

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:14

Pencabutan Subsidi Mobil Listrik Dinilai Rugikan Konsumen

Rabu, 31 Desember 2025 | 21:02

DPRD Pastikan Pemerintahan Kota Bogor Berjalan

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:53

Refleksi Tahun 2025, DPR: Kita Harus Jaga Lingkungan!

Rabu, 31 Desember 2025 | 20:50

Selengkapnya