Penobatan Raja baru Zulu, Misuzulu ka Zwelithini di Afrika Selatan pada 20 Agustus 2022/Net
Misuzulu ka Zwelithini naik takhta sebagai Raja Zulu, menggantikan mendiang ayahnya, Raja Goodwill Zwelithini. Penobatan Misuzulu dilakukan di tengah banyaknya pihak yang menentang dirinya.
Misuzulu akhirnya naik takhta pada Sabtu (20/8) dalam upacara tradisional yang disebut dengan ukungena esibayeni, yang artinya memasuki kraal. Itu adalah ritual menandai dimulainya pemerintahan baru Misuzulu sebagai raja.
Upacara dilakukan di hadapan lebih dari 1.000 orang yang mengenakan pakaian adat Zulu.
Wanita mengenakan manik-manik tradisional, rok dan topi menari dan menyanyikan himne dan slogan Zulu saat mereka menunggu kedatangan raja baru.
Ratusan resimen Zulu yang dikenal sebagai amabutho memegang perisai tradisional, tombak, dan tongkat saat mereka membuka jalan ke Istana Kerajaan untuk berjanji setia kepada pemimpin baru mereka.
Beberapa laki-laki menyembelih ternak. Sementara beberapa perempuan memasak dan menyeduh bir tradisional Sorgum.
"Saya tahu bahwa Anda mengetahui keadaan keluarga kerajaan belakangan ini. Saya meminta apa pun yang Anda dengar di media, dan komentar yang dibuat oleh mereka yang berselisih. Anda harus mendengarnya tetapi Anda tidak boleh mempercayai mereka," ujarnya, seperti dimuat
ABC News.
Lebih lanjut, Misuzulu menyerukan persatuan di antara bangsa Zulu. Ia juga berterima kasih kepada Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa karena mengakui dia sebagai pewaris takhta yang sah.
Ramaphosa memberikan sertifikat yang mengakui Misuzulu sebagai raja baru, yang akan diberikan kepadanya di sebuah acara akhir tahun ini.
Penobatan Misuzulu dihadiri oleh para pemimpin adat komunitas etnis dari negara-negara Afrika lainnya, termasuk Zambia dan Malawi.
Suku Zulu merupakan kelompok etnis di Afrika Selatan yang memiliki sekitar 11 juta orang, sebagian besar tinggal provinsi KwaZulu-Natal. Beberapa anggota keluarga Zulu lebih memilih dua saudara laki-lakinya sebagai penerus ayahnya.
Mereka diakui karena perlawanan sengit mereka terhadap kolonialisme Inggris di bawah Raja Shaka Zulu pada awal 1800-an.