Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Teknologi Internet of Things China Jadi Ancaman Baru, Barat Mulai Waspada

MINGGU, 14 AGUSTUS 2022 | 08:34 WIB | LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN

Negara-negara Barat mulai meningkatkan kewaspadaan terhadap teknologi China yang dinilai dapat menimbulkan ancaman karena kemungkinan terhubung oleh Internet of Things.

Ada satu ancaman yang tidak terdeteksi, komponen kecil yang dibuat oleh perusahaan China di perangkat yang terhubung oleh Internet of Things.

Internet of Things (IoT) telah berevolusi dari aplikasi industri khusus menjadi ada di mana-mana, di rumah, kantor, dan beberapa kendaraan.

Teknologi ini sangat bagus untuk membantu dalam kehidupan kita sehari-hari tetapi ternyata menjadi pengumpul data yang dapat digunakan untuk mempengaruhi, menekan atau mengancam musuh, perusahaan atau individu.

Semua fungsi yang terhubung ini diaktifkan oleh modul IoT seluler kecil. Tidak seperti semikonduktor atau stasiun pangkalan 5G, mereka jarang dipasarkan sebagai produk lengkap.

Menurut publikasi The Financial Post, badan keamanan siber AS (CISA) memperingatkan kerentanan kritis pada perangkat IoT berkemampuan GPS buatan China di mobil dan sepeda motor.

Mereka ditemukan mengandung kata sandi admin yang dikodekan dengan keras dan kelemahan lain yang tidak hanya memungkinkan pemasok China untuk memantau lokasi perangkat ini dari jarak jauh tetapi berpotensi memutus pasokan bahan bakar saat kendaraan sedang bergerak.

Menindaklanjuti hal ini, baru-baru ini, pemerintah Inggris telah mengganti peralatan keamanan yang disediakan oleh perusahaan teknologi milik China di kantor pejabat penting pemerintah.

Ini terjadi setelah anggota parlemen meminta pemerintah untuk menindak penggunaan peralatan pengawasan dari dua perusahaan China, Hikvision dan Dahua, yang telah masuk daftar hitam oleh Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, kelompok hak asasi lainnya berkampanye agar Hikvision dan Dahua dilarang di Inggris karena keterlibatan perusahaan dalam penindasan minoritas Uighur di Xinjiang,

Kamera Hikvision dan Dahua digunakan di kamp konsentrasi di seluruh Xinjiang. Kedua perusahaan memiliki kontrak senilai setidaknya 1,2 miliar dolar AS untuk 11 proyek pengawasan skala besar yang terpisah di seluruh wilayah.

Menurut laporan kelompok HAM, pihak berwenang China telah menahan hingga 1,8 juta orang Uighur dan minoritas Turki lainnya di kamp-kamp interniran sejak 2017.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya