Dubes Dieny Tjokro menceritakan pengalamannya ketika bertugas di Ekuador dalam acara santai The Playsets Band di QiLounge Hotel Sultan pada Sabtu, 6 Agustus 2022/Ist
Berjarak 18.626 kilometer jauhnya, Ekuador kurang begitu dikenal di masyarakat awam Indonesia. Namun keduanya memiliki kesamaan, berada di garis khatulistiwa.
Sesuai namanya, Ekuador berada di equator line, garis imajiner yang membelah Bumi utara dan selatan.
Dari cerita Duta Besar Dieny Tjokro, diketahui banyak keunikan dari Ekuador yang jarang diketahui banyak orang. Dubes Dieny sendiri sempat bertugas di negara Amerika Latin itu dari tahun 2016 hingga 2020.
Cerita mengenai Ekuador disampaikan oleh Dubes Dieny di sela-sela ancara santai bersama The Playsets Band yang digawangi oleh Chappy Hakim di QiLounge Hotel Sultan pada Sabtu siang (6/8).
Menurut Dubes Dieny, Ekuador dikenal dengan sepakbolanya. Uniknya, setiap kesebelasan sepakbola yang datang bertanding di Ekuador pada umumnya akan mengalami kekalahan melawan tim sepakbola Ekuador.
Alih-alih karena kualitas pemain, mereka kalah karena faktor alam. Ketinggian rata-rata di Ekuador mencapai kurang lebih 2.500 meter, sehingga kadar oksigen sangat kurang, termasuk juga tekanan udara.
Kondisi ini, lanjut Dubes Dieny, yang menyebabkan para pemain bola pendatang tidak bisa bermain karena membutuhkan waktu yang cukup untuk menyesuaikan diri.
Dosen Psikologi di Universitas Indonesia ini juga menyebut keunikan lain dari Ekuador adalah makanan. Meski makanan Indonesia kurang populer, tetapi orang Ekuador menikmati tempe.
Selama bertugas, Dubes Dieny telah berhasil mengajak pengusaha lokal untuk membuka restoran Indonesia di Quito.
Cerita Dubes Dieny ini langsung mendapatkan perhatian dari tamu-tamu yang hadir, termasuk pencipta lagu Deddy Dhukun, musisi Jazz Indonesia Mus Mujiono, hingga pilot senior Capt. Hanafi Herlim.
Selain Dubes Dieny, sejumlah dubes dan tokoh lain kerap hadir dalam acara manggung The Playsets yang dilakukan setiap Sabtu di QiLounge.
