Berita

Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM), Iwan Sumule/Net

Publika

Membangun Demokrasi dan Politik yang Beradab Berdasarkan Kearifan Lokal

JUMAT, 29 JULI 2022 | 09:43 WIB | OLEH: IWAN SUMULE

SETELAH sekian lama berada dalam cengkeraman otoritarianisme Orde Baru, Indonesia akhirnya berhasil menghirup udara perubahan. Reformasi, demikian orang menyebutnya, adalah suatu penanda babak baru sekaligus simbol harapan bagi Indonesia.

Semangat perubahan, adalah warna khas dari babak baru yang membawa gelombang demokratisasi di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Derasnya arus reformasi dan gelombang pasang demokratisasi membawa serta efek positif maupun residu yang menyertainya.

Akhirnya euphoria kebebasan menjadi hal tak terhindarkan. Orang-orang menjadi seperti terkaget-kaget dengan kebebasan yang tiba-tiba mereka rasakan nyata dalam keseharian. Kebebasan pers dan politik menjadi semacam kuda yang terlepas dari tali kekangan rejim Orde Baru untuk kurun lama. Partai-partai politik bermunculan sebagai bagian dari rangkaian perayaan kebebasan. Fiesta, orang-orang sibuk dengan kemilau kebebasan.

Setelah tidak lagi dikekang oleh otoritarianisme, orang-orang mulai mengelu-elukan demokrasi sebagai suatu konsep ideal yang tak terbantahkan. Demokrasi seolah menjadi harga mati yang imun dari ketajaman kritisisme. Sialnya, demokrasi yang dipestaporakan itu dikunyah utuh dari gagasan belahan barat yang sama sekali jauh dari Indonesia. Jauh secara geografis, pula secara sosiokultural.

Pembacaan atas demokrasi semestinya tak melupakan akar kebijakan lokal. Saya pikir, nilai-nilai yang ada dalam demokrasi harusnya dapat didudukkan dengan narasi kearifan lokal yang tentu memiliki semangat prinsipil yang serupa.

Artinya, Demokrasi ala Barat tidak dikonsumsi mentah-mentah, tetapi dilihat dalam perspektif lokal bahkan ditantang dengan menggunakan kearifan lokal. Ini penting untuk dilakukan agar ia tidak menjadi superior terhadap kearifan lokal yang tanpa sadar kita posisikan sebagai subordinat sejak dari gagasan.

Saya yakin, haqqul yakin, bahwa dengan jalan inilah, demokrasi yang diakrabkan dengan kearifan lokal akan lebih mendapat tempat untuk menapakkan kakinya di Indonesia. Dengan keyakinan yang sama pula, saya pikir hanya dengan menghidupkan nilai-nilai luhur dari kearifan lokal, kita akan dapat menerapkan politik sebagai suatu yang tidak sekadar transaksional semata.

Politik yang kita mau, adalah politik yang berkeadaban. Politik yang kita mau, adalah politik yang memiliki keluhuran sejak dari gagasan. Politik yang berakar pada kearifan lokal, dan bergaul dengan angin globalisasi sekaligus. Bukan politik hantam kromo yang tidak peduli siapa lawan siapa kawan, dan penuh dengan nuansa baku hantam.

Rasanya, kita terlalu lelah untuk diperhadapkan lagi dengan narasi kebencian dalam politik. Narasi yang mencoba membenturkan kepala-kepala dengan alasan suka atau tidak suka, tak sepakat karena berbeda, adalah narasi barbar yang berkedok pengetahuan.

Saya yakin, kita tidak hidup dalam kondisi perang. Maka hentikan upaya untuk menciptakan peperangan dan kebencian sejak dari dalam pikiran. Dengan jalan kearifan lokal, politik kita, demokrasi kita, akan membawa Indonesia pada suatu kedewasaan dalam berbangsa dan bernegara.

Kearifan lokal mengajarkan tepa selira, tenggang rasa, resa rumeksa, pela gandong, dan banyak lainnya, yang dalam level bernegara mewujud sebagai merdeka dan merdesa, adil sejahtera.

Demokrasi kita, adalah demokrasi yang harus memastikan beras rakyat harus sampai ke dapur-dapur rakyat. Demokrasi kita, sedikitnya adalah gagasan kesejahteraan yang harus mewujud dan sampai ke piring-piring rakyat.

Penulis adalah Ketua Majelis Jaringan Aktivis Pro Demokrasi (ProDEM)

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Dulu Berjaya Kini Terancam Bangkrut, Saham Taxi Hanya Rp2 Perak

Sabtu, 18 Mei 2024 | 08:05

Bikin Resah Nasabah BTN, Komnas Indonesia Minta Polisi Tangkap Dicky Yohanes

Selasa, 14 Mei 2024 | 01:35

Massa Geruduk Kantor Sri Mulyani Tuntut Pencopotan Askolani

Kamis, 16 Mei 2024 | 02:54

Aroma PPP Lolos Senayan Lewat Sengketa Hasil Pileg di MK Makin Kuat

Kamis, 16 Mei 2024 | 14:29

Siapa Penantang Anies-Igo Ilham di Pilgub Jakarta?

Minggu, 12 Mei 2024 | 07:02

UPDATE

Prabowo Akui Kapan Pun Siap Berkomunikasi dengan Megawati

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:57

Gandeng Polisi Thailand, Bareskrim Terus Cari Keberadaan Fredy Pratama

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:50

DPRK Banda Aceh Usulkan Rancangan Qanun Kemudahan Penanaman Modal

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:41

Pertamina Berikan Langkah Nyata Kelola Keberlangsungan Air

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:26

Sempat Disembunyikan, KPK Berhasil Temukan Mobil Pajero Sport Dakar Milik SYL

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:23

Seoharto Diusulkan Pahlawan, Sejarawan Khawatir Masyarakat Lupa Akan Cita-cita Reformasi

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:16

Sejarawan Sebut Jokowi Hapus Cita-cita Reformasi yang Dibangun Sejak 1998

Rabu, 22 Mei 2024 | 21:07

Makin Sibuk, Prabowo Semakin Teliti Memanajemen Waktu

Rabu, 22 Mei 2024 | 20:57

JK: Rekonsiliasi Tak Harus Gabung Prabowo-Gibran

Rabu, 22 Mei 2024 | 20:51

Aripay Tambunan: Pemilu jadi Brutal Karena Mengedepankan Uang

Rabu, 22 Mei 2024 | 20:41

Selengkapnya