Berita

Ilustrasi/Net

Publika

Berutang untuk Pulih dari Covid-19

MINGGU, 24 JULI 2022 | 07:29 WIB | OLEH: DR. IR. SUGIYONO, MSI

KETIKA terjadi gangguan serangan Covid-19 sejak bulan Maret tahun 2020, pemerintah memilih untuk berutang guna menyelesaikan masalah Covid-19 dan untuk memulihkan perekonomian nasional.

Besar utang baru dan masih bercampur dengan agenda percepatan pembangunan fisik perekonomian, itu sebesar Rp 3230,2 triliun selama tahun 2020-2022.

Oleh karena hampir di semua negara di dunia terkena guncangan gangguan kesehatan masyarakat atas serangan pandemi Covid-19, maka dipilihlah mekanisme berutang dari metoda burden sharing.


Mekanisme tersebut memungkinkan Bank Indonesia melanggar prinsip independensinya dengan memberikan opsi pembiayaan APBN bersumber dari penjualan obligasi oleh Bank Indonesia untuk dapat dibeli oleh BUMN perbankan dan non perbankan, serta perusahaan swasta dan perorangan di dalam negeri.

Akan tetapi persoalannya bukanlah semudah pembukuan uang di saku kanan dapat dipinjam oleh uang di saku kiri, karena untuk dapat terbeli maka suku bunga utang pemerintah ditetapkan semakin tinggi dan periode pembayaran tenor yang tidak semakin panjang, melainkan beragam menjadi lebih pendek. Metoda burden sharing bukan hanya dipraktikkan oleh Bank Sentral di Indonesia, melainkan juga dipraktikkan oleh negara-negara lain di tingkat dunia.

Sumber alokasi pembiayaan utang terbesar pada APBN tahun 2022 berasal dari penjualan Surat Berharga Negara (SBN), yaitu sebesar 101,82 persen. Lebih besar dari 100 persen, karena terdapat pengelompokan akuntansi yang bersifat positif dan negatif dari akumulasi sumber-sumber utang dari dalam negeri dan luar negeri berdasarkan dari kegiatan berutang piutang.

Oleh karena belanja negara sebesar Rp 2.714,16 triliun dan pembiayaan utang yang baru sebesar Rp 973,58 triliun tahun 2022, maka penjualan SBN digunakan untuk mendanai belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah serta dana desa dengan alokasi sebesar 35,87 persen dari belanja negara pada APBN tahun 2022.

Persoalannya adalah seri dari SBN tidak mencantumkan jenis penggunaannya untuk kegiatan belanja pemerintah pusat yang mana saja, atau pun digunakan untuk mendanai kegiatan belanja pemerintah daerah dan rincian dana desa yang mana sajakah.

Akibatnya adalah lebih sulit dilakukannya evaluasi akuntabilitas dan efektivitas parsial penggunaan metoda pembiayaan bersumber dari SBN untuk melaksanakan kegiatan pembangunan nasional dan daerah.

Perbedaan dari semula pemerintah menggunakan paradigma pembiayaan pembangunan mayoritas dibiayai dari sumber pendapatan penerimaan perpajakan dan non perpajakan serta hibah, kemudian paradigma bergeser oleh semakin lebih besar menggunakan sumber pembiayaan dari penjualan SBN.

Persoalannya adalah kegiatan pembangunan nasional dan daerah, yang lebih banyak bersifat non profit, kemudian berubah diprivatisasikan dengan berbunga dan risiko atas pendanaan menggunakan suku bunga yang berbunga lebih tinggi, dan tenor pendek.

Penulis adalah peneliti Indef, yang juga pengajar Universitas Mercu Buana

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya