Berita

Ketua Komite Tetap Energi Baru dan Terbarukan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Muhammad Yusrizki, (kedua dari kanan)./RMOL

Bisnis

Yusrizki: 76 Persen Energi Industri Belum Tersentuh Transisi Energi

RABU, 20 JULI 2022 | 11:02 WIB | LAPORAN: JONRIS PURBA

Gagasan transisi energi di Indonesia, khususnya di sektor industri, lebih dari sekadar dekarbonisasi sektor kelistrikan. Transisi energi semestinya mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber clean and green energy lain.

Demikian dikatakan Ketua Komite Tetap Energi Baru dan Terbarukan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Muhammad Yusrizki, ketika berbicara dalam “Indonesia G20 Energy Transition Investment Pre-Forum Meeting” yang diselenggarakan International Renewable Energy Agency (IRENA) hari Selasa kemarin (19/7) di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta.

“Saat ini narasi transisi energi seolah-oleh ekslusif dan berpusat pada energi terbarukan di sektor kelistrikan, atau listrik dari energi terbarukan,” ujar Yusrizki yang juga anggota Dewan Pakar Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI).

“Kita lupa bahwa bentuk energi final yang dikonsumsi sektor swasta, khususnya industri, tidak hanya listrik tetapi juga ada energi panas,” sambungnya.

Yusrizki lebih jauh menggarisbawahi, listrik  tidak termasuk sumber energi primer bagi industri.

“Kementerian ESDM sudah mempublikasikan Handbook of Energy & Economy Statistics of Indonesia tahun 2021 dimana kita bisa lihat bahwa di 2021, dari keseluruhan konsumsi energi sektor industri, hanya 23,1 persen yang berasal dari listrik. Sementara 33 persen berasal dari batubara dan 43 persen berasal dari bahan bakar minyak,” urainya.

“Jadi terdapat 76 persen porsi konsumsi energi industri yang seolah-olah hilang di tengah narasi transisi energi Indonesia,” kata Yusrizki menegaskan.

Melalui inisiatif KADIN Net Zero Hub, Yusrizki mengajak seluruh pemangku kepentingan, terutama kalangan industri sendiri untuk melihat ulang proses transisi energi di industri Indonesia.

“Dekarbonisasi sektor kelistrikan penting, tetapi bukan berarti inisiatif-inisiatif transisi energi di industri cukup dilakukan melalui listrik yang lebih rendah karbon. Beri ruang bagi sektor kelistrikan, terutama Kementerian ESDM dan PLN, untuk membuat perencanaan dan implementasi dekarbonisasi,” masih kata Yusrizki.

Dia mengatakan, sambil menunggu kedua penggerak utama sektor kelistrikan tersebut, semua pihak hendaknya sama-sama melihat potensi transisi energi di sektor industri yang secara proporsional lebih besar, lebih signifikan, dan bisa jadi kebutuhan investasi sekaligus dampak sosialnya tidak kalah dibandingkan sektor kelistrikan.

Melanjutkan pemaparannya, Yusrizki juga menjelaskan bahwa banyak jalan menuju dekarbonisasi sektor kelistrikan, tidak melulu harus melalui penetrasi EBT dalam skala masif bagi semua konsumen.

“KADIN Net Zero Hub beserta mitra-mitra strategisnya memandang bahwa memberikan ruang gerak bagi industri untuk membeli listrik rendah karbon saat ini lebih penting dan lebih strategis dibandingkan membicarakan bagaimana dan kapan EBT skala besar dapat diakomodasi di jaringan listrik nasional,” lanjutnya.

Opsi membeli listrik rendah karbon, atau Renewable Procurement Method, merupakan salah satu cara eksplorasi bagi industri Indonesia untuk menurunkan emisi GRK mereka.

“Beri ruang bagi industri, tidak perlalu terlalu rumit menghitung apakah listrik EBT ini lebih mahal dibandingkan listrik dari energi fosil. Bagi industri yang memang memerlukan, mereka dapat menghitung manfaat yang mereka bisa dapatkan dari membayar harga premium dari listrik EBT. Yang menjadi kunci adalah membuka opsi bagi industri,” demikian pemaparan lebih lanjut dari Yusrizki.

Ketika ditanya apakah demi membuka opsi pembelian listrik EBT Indonesia harus mempertimbangkan deregulasi sektor kelistrikan, Yusrizki mengatakan, bila memang dibutuhkan, Kementerian ESDM yang memiliki kewenangan untuk mengusulkan dan memulai proses tersebut.

“Saya yakin banyak cara yang bisa dilakukan oleh Kementerian ESDM apabila mereka melihat urgensi di sektor industri, tidak hanya mengedepankan tantangan dan urgensi di sektor kelistrikan semata,” demikian Yusrizki.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

UPDATE

2.700 Calon Jemaah Haji Jember Mulai Berangkat 20 Mei 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:49

Bertahun Tertunda, Starliner Boeing Akhirnya Siap Untuk Misi Awak Pertama

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:39

Pidato di OECD, Airlangga: Indonesia Punya Leadership di ASEAN dan G20

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:27

Jokowi: Pabrik Baterai Listrik Pertama di RI akan Beroperasi Bulan Depan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 13:09

Keputusan PDIP Koalisi atau Oposisi Tergantung Megawati

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:49

Sri Mulyani Jamin Sistem Keuangan Indonesia Tetap Stabil di Tengah Konflik Geopolitik Global

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:40

PKB Lagi Proses Masuk Koalisi Prabowo-Gibran

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:26

Menko Airlangga Bahas 3 Isu saat Wakili Indonesia Bicara di OECD

Sabtu, 04 Mei 2024 | 12:11

LPS: Orang yang Punya Tabungan di Atas Rp5 Miliar Meningkat 9,14 Persen pada Maret 2024

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:58

PKS Sulit Gabung Prabowo-Gibran kalau Ngarep Kursi Menteri

Sabtu, 04 Mei 2024 | 11:51

Selengkapnya