Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

CIDH Africa Pantau Kondisi Anak-anak yang Diberdayakan di Daerah Konflik

SELASA, 21 JUNI 2022 | 12:42 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Akar penyebab perekrutan dan wajib militer paksa anak-anak dalam konflik di Africa dan di Asia menjadi sorotan para peneliti dalam acara konferensi video bertema 'Situasi Prajurit Anak: Promosi dan Perlindungan Hak-hak Anak di Daerah Konflik, yang diselenggarakan baru-baru ini  di Hotel Montrbrillant-Cornavin, Jenewa.

Puluhan peserta yang terdiri dari organisasi masyarakat sipil, jurnalis, pakar, aktivis hak asasi manusia, peneliti, dan diplomat, hadir dalam acara ini.

Panelis dan peserta menganalisis secara rinci kelemahan pemajuan dan perlindungan hak-hak anak di daerah konflik, utamanya di wilayah Sahel, di timur Republik Demokratik Kongo, Republik Afrika Tengah, Mali, Somalia, di Afghanistan (Baluchistan), di Suriah., di Irak, di Yaman, dan di Ukraina.


Acara yang diselenggarakan oleh Jaringan Komisi Independen untuk Hak Asasi Manusia di Afrika Utara (CIDH Africa) ini disiarkan di platform Zoom dalam kemitraan dengan Pertemuan Afrika untuk Pertahanan Hak Asasi Manusia (RADDHO) dan LSM CECIDE, menyatukan sekelompok tokoh hak asasi manusia internasional, pakar dan cendekiawan Afrika di bidang hak anak-anak.

Hadirin menyambut baik pengesahan undang-undang baru, seperti Kode Umum Anak di Chad, yang dimaksudkan sebagai kerangka kerja untuk perlindungan hak-hak anak dan reintegrasinya ke dalam sistem pendidikan setelah pengalaman traumatisnya.

President of the Southern Institute for Strategic Studies, Mina Ghazal, dan anggota Jaringan Uni Afrika untuk Keamanan Wanita Salwa Sahloul, memberikan statistik yang memberatkan tentang jumlah tentara anak yang diberdayakan dalam berbagai konflik, serta meningkatnya jumlah tentara gadis muda, yang juga digunakan sebagai budak seksual oleh kelompok-kelompok ekstremis di Suriah.

Konferensi tersebut juga membahas masalah kerangka normatif internasional dan kontinental yang menjamin hak-hak anak dan mengkriminalisasi perekrutan mereka.
 
Situasi anak-anak di kamp Tindouf dan kejahatan yang dialami anak-anak juga menjadi sorotan. Itu telah  melanggar hak-hak dasar mereka, setelah dipaksa untuk mengangkat senjata dan direkrut oleh para pemimpin Polisario.

Di akhir simposium, semua peserta sepakat untuk dilakukan segera pencegahan perekrutan anak dan mengadili mereka yang bertanggung jawab.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pramono Pertahankan UMP Rp5,7 Juta Meski Ada Demo Buruh

Rabu, 31 Desember 2025 | 02:05

Bea Cukai Kawal Ketat Target Penerimaan APBN Rp301,6 Triliun

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:27

Penemuan Cadangan Migas Baru di Blok Mahakam Bisa Kurangi Impor

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:15

Masyarakat Diajak Berdonasi saat Perayaan Tahun Baru

Rabu, 31 Desember 2025 | 01:02

Kapolri: Jangan Baperan Sikapi No Viral No Justice

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:28

Pramono Tebus 6.050 Ijazah Tertunggak di Sekolah

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:17

Bareskrim Klaim Penyelesaian Kasus Kejahatan Capai 76 Persen

Rabu, 31 Desember 2025 | 00:05

Bea Cukai Pecat 27 Pegawai Buntut Skandal Fraud

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:22

Disiapkan Life Jacket di Pelabuhan Penumpang pada Masa Nataru

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:19

Jakarta Sudah On The Track Menuju Kota Global

Selasa, 30 Desember 2025 | 23:03

Selengkapnya