Berita

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo/Net

Publika

Ganjar Antara Harapan dan Mimpi Jadi Capres

OLEH: SETYA DHARMA
MINGGU, 12 JUNI 2022 | 22:58 WIB

MENJELANG pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024, sudah banyak bermunculan para capres. Salah satu yang fenomenal, adalah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah dua periode yang diyakini oleh para relawan Jokowi sebagai penerus untuk menjadi Presiden RI.

Kemunculan Ganjar sebagai capres berkat permainan dunia pencitraan. Konsep pencitraan inilah yang diyakini sebagian masyarakat sangat menentukan dalam pemilihan capres.

Jika kita banding dengan capres yang memiliki kinerja baik dan profesional yang mumpuni. Di sinilah kelemahan seorang pemimpin yang dipilih melalui pencitraan sangat lemah dalam memimpin mereka cendrung di kendalilan oleh oligarki.

Kalau kita melihat kinerja Ganjar selama menjadi Gubernur Jawa Tengah belum ada prestasi yang membanggakan dan membahagiakan masyarakat Jawa Tengah. Kita bisa melihat dari data survei di mana tingkat kemiskinan masih tinggi belum ada perubahan pada saat awal dilantik menjadi Gubernur Jawa Tengah.

Kepedulian dan keberpihakan terhadap rakyat kecil dan lingkungan hidup sangat lemah. Kasus Wadas adalah bukti lemahnya dan tidak mampu menyelesaikan persoalan, masyarakat kecil dan aktivis yang berjuangan menuntut kasus Wadas dihentikan dan mereka ditangkap, diintimidasi oleh aparat.

Menurut Yayak Yatmaka, seniman dan juga aktivis pendamping warga Wadas yang dulu ternyata pernah menjadi tim untuk memenangkan Ganjar Pranowo untuk menjadi Gubernur Jawa Tengah.

Namun, dalam pusaran konflik agraria di Wadas, Bener, Purworejo, Yayak memilih jadi lawan bagi sosok orang nomor satu di Jateng itu.

"Tapi di posisi ini adalah bahwa dia (Ganjar) menandatangani sesuatu (keluarnya IPL Wadas sebagai kawasan tambang) yang membuat wilayah ini menjadi perkara. Ini tindakan sewenang-wenang penguasa kepada rakyatnya, dan aku ada untuk bantu advokasi warga di sini," kata Yayak.

Masih banyak lagi persoalan yang terjadi di Jawa Tengah. Dalam kasus korupsi di mana akhir-akhir ini terungkap hampir Rp 500 miliar dana masyarakat di Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah di duga dikorupsi. Dalam kasus Bank Jateng mereka menggunakan modus operandi pengelolaan kredit, di mana menyetujui kredit proyek yang diajukan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dari pihak Bank Jateng tutup mata dengan merekayasa untuk menerima kredit yang diajukan oleh debitur, karena faktor kedekatan dengan pihak kekuasaan memudahkan debitur dan merekayasa kontrak kerja proyek dasar mengajuan kredit ke Bank Jateng. Biasanya oknum pihak perbankan menerima fee kisaran 1 persen sampai 2 persen dari nilai proyek yang dicairkan dari debitur.

Lemahnya seorang pemimpin yang di pilih karena faktor pencitraan sehingga untuk menjalankan visi dan misi yang dijanjikan dalam kampanye tidak dapat terwujud, kemudian masyarakatlah yang menjadi korban kebijakan.

Untuk membongkar kasus korupsi di Bank Jateng perlu ada keberanian dari pihak penegak hukum dengan memeriksa pimpinan tertinggi atau Gubernur Jawa Tengah mempertanyakan sistem pengawasan pihak Pemda Jawa Tengah terhadap Bank Jateng.

Oligarki telah menguasai Indonesia, tentu mereka tidak akan melepaskan kekuasaan kepada pihak lain, mereka akan tetap mencari pemimpin yang bisa mereka kendalikan. Munculnya Ganjar Pranowo tidak lepas dari para oligarki kekuasaan yang mereka poles sebagai penerus Jokowi.

Kalau oligarki sudah menguasai kekuasaan di Indonesia, maka pemimpin yang dipilih mereka ada pemimpin yang bisa mereka perintah untuk menjalankan agenda terselubungnya, hanya dengan konsep pencitraanlah mereka bisa memenangkan capres dan wapres pilihan mereka.

Sudah saatnya para aktivis Pro Demokrasi (ProDEM) untuk merapatkan barisan untuk melawan oligarki kekuasaan, bangkit bersama rakyat untuk memilih pemimpin yang memiliki kinerja dan visioner yang kuat.

*Penulis adalah aktivis senior

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya