Berita

Presiden Serbia Aleksandar Vucic/Net

Dunia

Kesal dengan Sanksi Barat yang Berimbas pada Kebutuhan Serbia, Presiden Vucic Curhat di Media

SELASA, 07 JUNI 2022 | 13:28 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Tidak ada yang memperumit hubungan Serbia dan Rusia selain sanksi yang diluncurkan Barat. Akibat sanksi itu pula, pertemuan Presiden Aleksandar Vucic dengan  Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov yang telah disepakati sejak lama, harus dibatalkan.

Dalam sebuah wawancara dengan media lokal, Vucic mengungkapkan kekecewaannya. Tidak mudah baginya untuk melupakan begitu saja gagalnya kunjungan tersebut.

Ia mengakui, ia tidak terkejut dengan sanksi yang diluncurkan Barat untuk Rusia, tetapi ia tidak menduga bahwa tiga negara tetangganya, Bulgaria, Makedonia Utara, dan Montenegro, menutup wilayah udaranya sehingga pesawat yang membawa Menlu Lavrov tidak diijinkan melintas.

"Saya harus mengatakan bahwa saya tidak terkejut," Vucic membuka wawancaranya dengan kalimat itu. Sejak invasi Rusia, Serbia terus mengikuti perkembangannya setiap hari. Menjelang kunjungan Lavrov ia bahkan terus menerus memantau situasi dan berharap ada 'peluang' pertemuan.

"Tentu saja Anda harus mengungkapkan ketidakpuasan Anda. Pertama-tama, saya belum pernah melihat histeria seperti yang dialami Serbia, sebuah negara kecil di Eropa dan di dunia, hanya karena kedatangan Lavrov.  Anda tidak bisa percaya betapa banyak tekanan yang ada di Serbia karena kunjungan itu," katanya.

Tidak mudah untuk bisa menerima langkah yang dilakukan tiga negara tetangganya itu. Ini bukan masalah mendapatkan atau kehilangan poin politik, katanya.

Ketika Serbia menolak untuk menjadi bagian dari negara-negara yang meluncurkan sanksinya kepada Rusia, apakah itu sebuah kesalahan?

"Anda bisa melihat histeria itu, diarahkan ke Serbia. Mereka menyadari bahwa mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk Rusia, jadi mereka membawanya keluar," kata Vucic.

Vucic menyesalkan sikap Barat yang tidak bisa memperlakukan orang lain sebagai teman, bahkan berusaha terus menekan dengan apa yang dia sebut sebagai 'nada memerintah'.

"Saya tidak terlalu tertarik dengan ancaman dan nada memerintah mereka. Saya lebih suka seseorang ingin berbicara dengan kami. Kami telah mengutuk serangan ke Ukraina, tetapi Rusia adalah teman tradisional Serbia," katanya tegas.

Vucic pun memaparkan kerja sama Serbis dengan Rusia yang telah dibangun cukup lama di bawah rasa saling percaya.

"Bagaimana Anda akan memberi tahu Serbia bahwa Rusia tidak bisa lagi menjadi teman kami?" tanyanya. "Kami memiliki banyak hal untuk dibicarakan. Saya ingin bertanya kepada Lavrov kapan kami bisa mendapatkan helikopter pemadam kebakaran untuk memadamkan api di seluruh wilayah lebih cepat," katanya.

Vucic kemudian mengungkapkan kekesalannya.

"Ada media yang mengklaim dengan tenang bahwa Vucic melanggar semua sanksi. Katakan yang mana dan siapa yang memberlakukannya?" desaknya.

Ia juga menyesali kemunafikan Barat, "Mereka mengatakan mereka tidak menggunakan gas Rusia, tapi pada kenyataannya apa? Mereka membiarkannya pergi ke Jerman dan kemudian mereka menggunakannya dari sana, lalu mereka menggunakan gas yang sama, tetapi mereka mengatakan bahwa itu bukan gas Rusia lagi. Lucu sekali!"

Populer

Rocky Gerung Ucapkan Terima Kasih kepada Jokowi

Minggu, 19 Mei 2024 | 03:46

Pengamat: Jangan Semua Putusan MK Dikaitkan Unsur Politis

Senin, 20 Mei 2024 | 22:19

Produksi Film Porno, Siskaeee Cs Segera Disidang

Rabu, 22 Mei 2024 | 13:49

Panglima TNI Diminta Tarik Anggota Puspom dari Kejagung

Selasa, 28 Mei 2024 | 18:58

Topeng Mega-Hasto, Rakus dan Berbohong

Kamis, 23 Mei 2024 | 18:03

IAW Desak KPK Periksa Gubernur Jakarta, Sumbar, Banten, dan Jateng

Senin, 20 Mei 2024 | 15:17

Pj Gubernur Jabar Optimistis Polisi Mampu Usut Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

Kamis, 23 Mei 2024 | 06:48

UPDATE

Mulai 2027, Kolombia Larang Adu Banteng

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:49

Transisi Energi, Pertamina Hulu Rokan Manfaatkan PLTS Terbesar di Indonesia

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:45

Korban Kasus Penggelapan Memohon Hakim MA Kabulkan Kasasi

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:42

Umat Diajak Rencanakan Haji di Usia Muda

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:36

Partai Buruh Tolak Program Tapera Dijalankan

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:25

Denmark Tolak Akui Negara Palestina

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:09

Fantastis, Kerugian Negara Kasus Korupsi Timah Naik Jadi Rp300 T

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:08

Sambut Pilkada, PP Pemuda Katolik Siap Aktivasi Desk Orkestrasi

Rabu, 29 Mei 2024 | 13:01

Ratusan Juta Uang Kementan Ngalir ke Nasdem

Rabu, 29 Mei 2024 | 12:59

UKT Batal Naik Setelah Diprotes, Bukti Koordinasi Pemerintah Buruk

Rabu, 29 Mei 2024 | 12:48

Selengkapnya