Kekhawatiran Rusia bahwa pengiriman senjata dalam paket terbaru AS untuk Ukraina bisa meningkatkan eskalasi, ditepis oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
Berbicara kepada wartawan setelah pertemuan dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg, Rabu (1/6), Blinken ditanya tentang sistem peluncuran roket berganda HIMARS, senjata berteknologi tinggi terbaru yang telah dijanjikan AS untuk dikirim ke Ukraina.
“Ukraina telah memberi kami jaminan bahwa mereka tidak akan menggunakan sistem ini terhadap target di wilayah Rusia,†kata Blinken, seperti dikutip dari AFP, Kamis (2/6).
“Ada ikatan kepercayaan yang kuat antara Ukraina dan AS, serta dengan sekutu dan mitra kami," tambahnya.
Dia juga menepis peringatan dan kekhawatiran Moskow bahwa pengiriman senjata Washington ke Kiev berisiko meningkatkan konflik lebih lanjut.
“Cara terbaik untuk menghindari eskalasi adalah bagi Rusia untuk menghentikan agresi dan perang yang dimulainya,†kata Blinken, dengan alasan bahwa itu bisa berakhir dengan segera jika Moskow memilih demikian.
Presiden AS Joe Biden secara resmi mengumumkan pengiriman sistem HIMARS ke Ukraina, bersama dengan peralatan militer lainnya senilai 700 juta dolar AS, pada Rabu sore.
Menurut Wakil Menteri Pertahanan Colin Kahl, peluncur-peluncur itu "diposisikan sebelumnya" di Eropa sambil menunggu pengumuman, dan gelombang pertama dari empat akan diserahkan minggu ini - meskipun mungkin diperlukan waktu tiga minggu untuk melatih pasukan Ukraina dalam penggunaannya.
HIMARS mampu menembakkan roket bertubi-tubi dengan jangkauan efektif sekitar 30 kilometer, tetapi juga dapat mengerahkan rudal balistik taktis dengan jangkauan hingga 300 kilometer. Rusia telah menyuarakan keprihatinan dengan AS atas kemungkinan yang terakhir.
Sementara itu Rusia menyayangkan janji AS untuk tetap memasok senjaa ke AS, sambil mengingatkan bahwa janji Ukraina tidak dapat dipercaya.
"Rusia tidak dapat mempercayai Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan pemerintahnya untuk menepati janji mereka tentang masalah ini, mengingat rekor mereka sebelumnya," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sebelumnya pada Rabu.