Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar/Net
Peta koalisi menjelang Pemilu 2024 masih sangat dinamis atau cair. Diprediksi akan ada tiga poros koalisi yang nantinya bakal meramaikan hajatan lima tahunan.
Poros PDIP-Gerindra, Golkar-PAN-PPP, Nasdem-Demokrat-PKS. Sementara, PKB masih memungkinkan gabung antara poros PDIP-Gerindra atau Golkar-PAN-PPP.
Begitu kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah kepada
Kantor Berita Politik RMOL beberapa saat lalu di Jakarta, Jumat (27/5).
“Kalau Gerindra-PKB tiba-tiba bermanuver dan berkoalisi masih mungkin,†kata Dedi Kurnia.
Sebab, Gerindra dan PKB sama-sama memiliki capres dan syarat ambang batas presiden sudah cukup jika kedua partai berkoalisi.
“Karena satu sisi, partainya juga sudah memiliki kecukupan dan tokohnya juga punya peluang terusung, yaitu Prabowo-Muhaimin Iskandar,†ujar pengamat politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Berbeda halnya, apabila PKB berkoalisi dengan Demokrat. Koalisi ini agak sulit. Pasalnya, di satu sisi dua parpol ini adalah kelas menengah.
“Bisa dibilang Demokrat dan PKB sama-sama kunci. Artinya, baik Demokrat maupun PKB itu bisa menjadi pengaruh bagi situasi koalisi. Sehingga kalau mereka bersatu akan cukup sulit,†katanya.
“PKB dan Demokrat itu akan lebih cocok untuk jadi penguat dari koalisi-koalisi yang sudah ada. Sehingga mau tidak mau keduanya harus jadi mitra koalisi dari parpol yang lain,†demikian Dedi Kurnia.