Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Pengamat: Penembakan Rasial di New York Akibat AS Terlalu Fokus Melawan China dan Rusia

SENIN, 16 MEI 2022 | 10:49 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Peristiwa penembakan massal di sebuah supermarket di Buffalo, New York, yang diduga sebagai serangan bermotif rasial ikut menjadi perhatian para pengamat di China.

Mereka mengatakan, insiden yang mengakibatkan 10 orang tewas itu sekali lagi mengungkap tren neo-Nazi dan terorisme supremasi kulit putih yang semakin serius dan berbahaya di AS.

Demikian pula dengan pandemi Covid-19, yang menyebabkan inflasi tinggi, kenaikan harga, dan lonjakan kematian, masalah-masalah itu menjadi semakin menonjol, dan telah memicu krisis lain seperti ketegangan rasial dan kekerasan senjata.

Menurut para ahli, peristiwa terbaru juga tidak lepas dari langkah Pemerintahan Joe Biden yang tidak menjadikan masalah rasial yang sudah mengakar di AS sebagai agenda utama mereka.

"Faktanya adalah kebencian rasial di AS, termasuk kebencian terhadap orang Asia setelah pandemi, terus meningkat. Sulit untuk mengatakan apakah Biden telah melakukan pekerjaan yang lebih baik daripada pendahulunya," kata Xin Qiang, wakil direktur Center untuk Studi Amerika di Universitas Fudan, seperti dikutip dari Global Times, Senin (16/5).

Para pengamat juga mencatat bahwa karena ketidakmampuannya untuk mengatasi masalah-masalah domestik yang mengakar, pemerintahan AS saat ini lebih suka melihat ke arah lain, dengan fokus pada mengumpulkan sekutu melawan China dan Rusia.

Bahkan, kata mereka, dengan kehidupan minoritas yang diserang di AS, panji-panji hak asasi manusia masih dieksploitasi oleh pemerintah AS.

“AS menyerang negara-negara lain dengan mengatakan bahwa masalah hak asasi manusia adalah masalah politik, yang disebabkan oleh sistem politik yang 'bermasalah' yang tidak dapat memastikan keadilan prosedural. Ketika menyangkut masalah hak asasi manusia Amerika sendiri, terutama masalah Afrika-Amerika dan Asia, mereka mengaitkannya dengan masalah sosial, dan itulah wacana Amerika," kata Xin.

Tetapi pada akhirnya, kata mereka, kegagalan AS untuk mengerem masalah domestiknya yang paling menonjol akan membawa negara itu keluar dari landasan moral yang tinggi ketika harus mengkritik negara lain atas nama masalah hak asasi manusia, dan bahwa berkomplot dengan supremasi kulit putih pada akhirnya akan menjadi bumerang bagi negara itu.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

UPDATE

Pilkada 2024 jadi Ujian dalam Menjaga Demokrasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:52

Saling Mengisi, PKB-Golkar Potensi Berkoalisi di Pilkada Jakarta dan Banten

Sabtu, 04 Mei 2024 | 23:26

Ilmuwan China Di Balik Covid-19 Diusir dari Laboratoriumnya

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:54

Jepang Sampaikan Kekecewaan Setelah Joe Biden Sebut Negara Asia Xenophobia

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:43

Lelang Sapi, Muzani: Seluruh Dananya Disumbangkan ke Palestina

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:35

PDIP Belum Bersikap, Bikin Parpol Pendukung Prabowo-Gibran Gusar?

Sabtu, 04 Mei 2024 | 22:16

Demonstran Pro Palestina Capai Kesepakatan dengan Pihak Kampus Usai Ribuan Mahasiswa Ditangkap

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:36

PDIP Berpotensi Koalisi dengan PSI Majukan Ahok-Kaesang di Pilgub Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 21:20

Prabowo Akan Bentuk Badan Baru Tangani Makan Siang Gratis

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:50

Ribuan Ikan Mati Gara-gara Gelombang Panas Vietnam

Sabtu, 04 Mei 2024 | 20:29

Selengkapnya