Berita

Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (kiri) bersama Pemimpin Koalisi Oposisi Pemerintahan Anwar Ibrahim (kanan) pada acara debat perdana di Kuala Lumpur, Kamis (12/5) /Net

Dunia

Diambang Bailout, Eks PM Malaysia dan Pemimpin Oposisi Debatkan Nasib Raksasa Migas Malaysia Sapura Energy

KAMIS, 12 MEI 2022 | 22:49 WIB | LAPORAN: SULTHAN NABIL HERDIATMOKO

Sapura Energy yang sering dikenal raksasa migas Malaysia kedua terbesar, didahului oleh Petronas, kini berada diambang bailout, akibat terjerat hutang dan rugi operasi besar-besaran.

Sapura dinyatakan memiliki kerugian bersih sebesar 8,9 miliar ringgit, tertinggi yang pernah ada untuk tahun keuangan yang berakhir 31 Januari 2022 (FY22), dari kerugian bersih 160,87 juta ringgit untuk tahun keuangan sebelumnya.

Setelah kerugian terbaru Sapura dipublikasikan, Mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mendesak pemerintah untuk melindungi perusahaan dari kebangkrutan dan menghadiri acara debat perdana di gedung Malaysia Tourism Centre (Matic), Kuala Lumpur pada Kamis (12/5).


Dia juga percaya bahwa Sapura perlu diselamatkan karena bisa bermanfaat bagi rakyat.

Sebelumnya, moderator debat sempat menanyakan kepada Najib apa implikasinya bagi perekonomian negara dan pemerintah khususnya, jika bailout ini gagal.

“Saya melihat masalah ini penting. Jika tidak penting, saya tidak akan setuju dengan perdebatan ini. Kenapa Sapura harus diselamatkan? Sapura itu milik rakyat. Keputusannya diambil oleh Pakatan Harapan pada 2019 untuk diambil alih Permodalan Nasional Bhd (PNB). Kalau bukan milik PNB, saya tidak akan tertarik dalam berdebat," ujar Najib, dimuat oleh The Star, Kamis (12/5).

Menurut dia, Sapura pernah menjadi perusahaan migas terbesar kedua di dunia dan saat ini sedang menghadapi masalah karena struktur industrinya.

“Kalau ada yang salah di Sapura, tentu harus ada tindakan, tapi jangan sampai Sapura bangkrut, kalau begini negara dan Malaysia juga rugi. Kami akan kehilangan perusahaan berstandar internasional jika tidak ada yang dilakukan." dia menambahkan.

Sebagai solusi, Najib memberikan ide-idenya untuk menyelamatkan perusahaan itu, seperti membuat perusahaan minyak nasional Petronas mengambil saham besar di Sapura.

Dia mengatakan Sapura memiliki kontrak senilai 7 miliar ringgit. Ketika kontrak tersebut sudah membuahkan hasil, harga sahamnya akan naik dan Petronas dapat menjual sahamnya untuk mendapatkan keuntungan.

“Jika tidak, minta bank memberikan pinjaman Sapura yang dapat dijamin pemerintah,” kata Najib, terkait solusi kedua.

Namun oposisi Najib, Anwar Ibrahim mengatakan, sebelum pergi jauh mengenai nasib Sapura Energy, pemerintahan harus mengadakan audit forensik pada perusahaan jasa minyak dan gas yang terjerat dengan hutang itu terlebih dahulu.

Pemimpin Oposisi juga menarik perhatian pada paket remunerasi dan gaji mantan CEO Sapura Group, yang selama bertahun-tahun berjumlah lebih dari satu miliar ringgit, meskipun perusahaan sedang dalam tren merah.

Karena itu dia mempertanyakan mengapa perusahaan harus ditebus ketika CEO-nya menghasilkan miliaran meskipun situasi keuangan perusahaan sekarang diambang bankrut.

“Kita harus melihat gambaran yang lebih besar (dari aspek ini) masalah manajemen, integritas dan penyalahgunaan kekuasaan,” tegas Anwar.

Sapura kini sedang melakukan restrukturisasi utang besar-besaran yang melibatkan perbankan, vendor dan kontraktor.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya