Berita

Presiden terpilih Filipina Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr beserta Wakilnya Sara Duterte /Net

Dunia

Menang Pemilu, Benarkah Marcos Jr Akan Membuat Filipina Condong ke China?

SELASA, 10 MEI 2022 | 20:20 WIB | LAPORAN: SULTHAN NABIL HERDIATMOKO

Tiga puluh enam tahun setelah rakyat Filipina turun ke jalan untuk menggulingkan seorang diktator, kini putranya kembali ke istana presiden, Malacanang.

Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr siap untuk dilantik sebagai pemimpin baru negara itu bulan depan setelah menerima mayoritas yang menakjubkan dalam pemilu hari Selasa (10/5).

Pasangannya Sara Duterte, putri presiden yang akan keluar Rodrigo Duterte, merebut kursi wakil presiden dengan cara yang lebih tegas, menurut hasil pemungutan suara yang dikirimkan ke komisi pemilihan Filipina.

Akan ada banyak minat, paling tidak di Amerika Serikat, tentang bagaimana dia melakukan urusan di luar perbatasannya.

Filipina adalah salah satu dari beberapa negara yang memiliki sengketa wilayah dengan Beijing di Laut Cina Selatan.

Tetapi Marcos telah menyuarakan niatnya untuk mengejar kesepakatan maritim dengan Presiden China Xi Jinping dan mengesampingkan putusan pengadilan internasional di Den Haag, yang menolak klaim China atas sebagian besar jalur air yang diperebutkan, atau nama lainnya sembilan garis putus-putus.

“Arbitrase itu bukan lagi arbitrase jika hanya ada satu pihak. Jadi, itu tidak lagi tersedia bagi kami,” katanya pada Januari, dikutip oleh The Sydney Herald, Selasa (10/5).

Dia menambahkan bahwa perang bukanlah pilihan dan “perjanjian bilateral adalah apa yang tersisa untuk kita”.

Presiden yang akan dilantik ini juga mengatakan dia tidak akan meminta bantuan AS ketika dia memiliki perbedaan dengan China, berhati-hati untuk menjadikan negaranya sebagai medan tempur negara adidaya.

Marcos yang kebarat-baratan juga tidak mungkin meniru retorika Duterte, yang mengancam akan merobek perjanjian pasukan kunjungan lama dengan AS, sebelum akhirnya menandatangani pakta militer lagi tahun lalu, yang memungkinkan pasukan Amerika untuk berlatih dan beroperasi di Filipina.

Kebangkitan Marcos akan membuat hubungan diplomatik dengan AS agak sedikit canggung.

Sementara dia menghabiskan lima tahun tinggal di Hawaii ketika orang tua Ferdinand Marcos Sr. dan Imelda, membawa keluarganya ke pengasingan di sana pada tahun 1986, ada pertanyaan tentang apakah dia dapat melakukan perjalanan ke AS tanpa ditangkap.

Masih ada persoalan hukum yang belum terselesaikan terkait aset keluarga Marcos, yang diduga menggelapkan uang sebanyak 10 miliar dolar AS saat mereka berkuasa.

“Saya tidak berpikir pemerintahan Biden akan terlalu bersemangat untuk melibatkan Marcos, untuk alasan yang dapat dimengerti,” kata Richard Heydarian, seorang ilmuwan politik di Universitas Politeknik Filipina di Manila.

“Meskipun begitu, Amerika harus melibatkan pemerintahan Marcos. Mereka harus memastikan rezim Marcos tidak akan terlalu bersandar pada orbit pengaruh China,” tambahnya.

“Jika ada keterlibatan optimal dari kekuatan Barat termasuk Australia, maka saya pikir keluarga Marcos bisa pergi ke arah yang jauh lebih seimbang dalam hal kebijakan luar negeri mereka,” demikian Richard.

Greg Poling, direktur Inisiatif Transparansi Maritim Asia di Pusat Studi Strategis dan Internasional yang berbasis di AS, percaya bahwa Marcos sendiri akan memiliki ruang yang lebih sedikit untuk bermanuver dengan China daripada yang dilakukan Duterte.

“Publik dan birokrasi Filipina bahkan lebih tidak percaya pada China daripada enam tahun lalu setelah kemenangan arbitrase penting mereka di Laut China Selatan,” ujar Poling.

“Marcos mungkin mencoba untuk menghidupkan kembali penjangkauan awal Duterte ke Beijing, tetapi dia tidak mungkin membuang aliansi AS ke laut sebagai bagian dari upaya tersebut,” pungkasnya.

Jadi kalau dilihat dari kedua opini tersebut, bisa dikatakan Bongbong akan bermain tengah dalam menyimbangi pengaruh dua adidaya yang sangat dominan disana, AS dan China.

Namun untuk realitanya? Hanya waktu yang dapat menjawab.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya