Berita

Gurubesar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Unpad), Profesor Suteki/Repro

Politik

Prof. Suteki: Status Facebook Rektor ITK Berbahaya, Memecah Belah Anak Bangsa

MINGGU, 08 MEI 2022 | 21:42 WIB | LAPORAN: JAMALUDIN AKMAL

Selain berbahaya, status Facebook Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Profesor Budi Santoso Purwokartiko juga dianggap disorientasi, disharmoni, dan memecah belah anak bangsa.

Hal itu disampaikan oleh Gurubesar Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Unpad), Profesor Suteki dalam video yang diunggah di akun YouTube MimbarTube berjudul "Live! Prof Budi Santoso R4S1S Dikritik Habis Prof Suteki & Prof Daniel M Rosyid" pada Minggu (8/5).

"Ada 4 bagian yang perlu saya sampaikan di sini. Kalau saya lihat pernyataan yang disampaikan oleh Prof Budi Santoso Purwokartiko itu, ini sangat berbahaya," ujar Prof Suteki seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Minggu malam (8/5).

Menurut Prof Suteki, pernyataan Prof Budi merupakan ketakutan terhadap manusia gurun atau alam manusia gurun seperti yang dituliskan oleh Prof Budi.

"Saya katakan alam manusia gurun atau kalau kita kaitkan dengan pakaian berarti persoalan jilbab, karena ini menyangkut wanita. Atau mungkin lebih tepatnya, ketakutan terhadap kadrun. Wah kadrun itu bisa macam-macam itu, malah kemarin ada kadrun varian baru. Ada saja istilahnya itu macam-macam," kata Prof Suteki.

Atau kata Prof Suteki, ketakutan secara irasional terhadap simbol-simbol syariah Islam. Seperti kerudung, jenggot, celana cingkrang, maupun ucapan-ucapan khas umat Muslim.

"Jadi berarti ada ketakutan yang menurut saya itu irasional, baik oleh yang mewawancarainya maupun yang diwawancarai. Ini kan berbahaya," kata Prof Suteki.

Selanjutnya yang kedua kata Prof Suteki, misi yang diemban oleh Prof Budi adalah memimpikan manusia, baik pelajar, dosen diharapkan memiliki pola pikir membumi dan hidonis, rasis, fasis dan xenophobia.

"Ini kalau kita teliti dari kata-kata beliau sampaikan itu. Nah karakter ini, justru bertentangan dengan sistem internasional yang konon itu diyakini dengan katanya oleh pendukungnya sebagai sistem yang terbaik, apa namanya, demokrasi," terang Suteki.

Padahal menurut Suteki, sifat fasis, rasis, dan xenophobia merupakan anti demokrasi atau anti keragaman.

"Artinya, di sini memang kalau menurut saya apa yang disampaikan oleh Prof Budi itu mengalami disorientasi. Disorientasi terhadap visi manusia Indonesia. Nah di situ saya katakan, pernyataan itu adalah mengalami disorientasi," tutur Suteki.

Selanjutnya yang ketiga adalah, tulisan Prof Budi kata Suteki, menunjukkan adanya ketidakselarasan terhadap pemenuhan kebutuhan hakikat hidup manusia.

"Yang disampaikan itu kan hanya persoalan-persoalan yang sifatnya itu duniawi. Sehingga apa, saya katakan di sini tidak terpenuhinya aspek pemenuhan baik batiniah maupun yang sifatnya lahiriah. Nah di sini saya mengatakan, disitu lah terjadi namanya keadaan yang disharmoni," jelas Suteki.

Dan yang keempat kata Suteki, narasi yang dibuat oleh Prof Budi dapat memecah belah anak bangsa, baik secara vertikal maupun secara horizontal.

"Karena apa?, karena pernyataan itu kan mengkotak-kotakkan mahasiswa, yaitu secara diametral, mana yang moderat, mana yang radikal, mana yang suka demo, mana yang tidak suka demo, bahkan dikatakan yang melangit, mana yang membumi, coba bayangkan itu," terang Suteki.

"Kalau ini diteruskan, itu sudah bibit perpecahan, itu sudah dimulai dari sini pernyataan-pernyataan ini. Kalau saya mengatakan di sini, tulisannya itu tidak menyatukan keragaman, tetapi justru memecah belah anak bangsa. Di sini berarti bisa kita simpulkan, pemikirannya beliau itu bersifat disintegratif," tegas Suteki menutup.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Resmi Tersangka KPK

Selasa, 16 April 2024 | 07:08

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Halal Bihalal Partai Golkar

Selasa, 16 April 2024 | 01:21

UPDATE

Mudahkan Milenial dan Gen Z Miliki Hunian di Bali, BTN Tawarkan Skema Khusus

Sabtu, 27 April 2024 | 01:36

Sikap Ksatria Prabowo Perlu Ditiru Para Elite Politik

Sabtu, 27 April 2024 | 01:11

Gus Fawait Resmi Didukung Gerindra Maju Bacabup Jember

Sabtu, 27 April 2024 | 00:59

Rekonsiliasi Prabowo-Megawati Bisa Dinginkan Suhu Politik

Sabtu, 27 April 2024 | 00:31

Kejagung Tetapkan 5 Tersangka Baru Korupsi PT Timah, 3 Orang Langsung Ditahan

Jumat, 26 April 2024 | 23:55

Menlu RI Luncurkan Buku "Menghadirkan Negara Hingga Ujung Dunia" di HWPA Award 2023

Jumat, 26 April 2024 | 23:37

Indonesia Tim Pertama yang Jebol Gawang Korsel, Pimpinan Komisi X: Prestasi yang Patut Diapresiasi

Jumat, 26 April 2024 | 23:33

Konfrontasi Barat Semakin Masif, Rusia Ajak Sekutu Asia Sering-sering Latihan Militer

Jumat, 26 April 2024 | 23:21

Menlu RI: Jumlah Kasus WNI di Luar Negeri Melonjak 50 Persen Jadi 53.598

Jumat, 26 April 2024 | 23:06

Ubedilah: 26 Tahun Reformasi, Demokrasi Memburuk

Jumat, 26 April 2024 | 23:01

Selengkapnya