Berita

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Al Makin/RMOL

Publika

Demi Manusia, Tidak yang Lain

JUMAT, 06 MEI 2022 | 14:14 WIB | OLEH: AL MAKIN

JALAN-jalan penuh sesak di Jawa ini. Jalan mana saja, sebut saja, baik jalan utama atau gang-gang tikus. Tol yang memanjang sepanjang pulau Jawa penuh dengan kendaraan, berdesakan, antri demi seinjak gas. Gas diinjak sedikit, rem kaki dan tangan ditancap cepat. Jika tidak akan menabrak mobil di depan.

Jalan raya sebelum tol ini dibangun, juga padat merayap. Aliran dari Jakarta ke arah kota-kota pulau Jawa dari Barat ke Timur penuh dengan arus pemudik, sebelum dan sesudah lebaran.

Tiga hari sebelum lebaran, sampai tiga hari setelah lebaran arus tidak berkurang. Bertambah, iya. Bayangkan setelah era reformasi ini, ekonomi tumbuh di bidang otomotif. Jumlah kendaraan roda empat bertambah melonjak.


Setiap merek Jepang memproduksi kendaraan lebih hemat di saku dan lebih ringan di BBM. Semua merek mengularkan tipe ekonomis, karena bersaing dengan merek Korea dan China, sebagai pendatang baru yang menggenjot pasar dengan menurunkan harga. Jepang tidak mau ketinggalan.

Di kampung-kampung Banyumas, di hampir setiap rumah menjadi tempat parkir kendaraan roda empat, bahkan lebih dari satu mobil untuk satu rumah. Plat nomor bermacam-macam. Terutama plat B mendominasi.

Dahulu kala sebelum booming kendaraan dan saat baju masih menjadi simbol kemewahan, para khotib mengulang-ulang di mimbar-mimbar Idulfitri, laysa al-idu liman labisa jadid, walakin al-idu liman taqwahu yazid (bukanlah lebaran dengan baju baru, tetapi lebaran dengan taqwa baru).

Saat ini mungkin bukan itu bunyinya, tetapi liman sayyaratuhu jadid (yaitu lebaran bagi yang mobilnya baru).

Penjualan kendaraan roda empat menurut informasi para pedagang melonjak. Tidak hanya jajan lebaran, atau baju baru. Itu sudah berlalu. Suguhan di setiap rumah juga jarang disentuh. Makanan dan baju merupakan simbol lama dan kuno. Mobil baru dan merek tertentu menjadi penanda gengsi masyarakat modern Indonesia. Dunia berubah. Idulfitri juga berubah.    

Lebaran ini seperti euforia. Euforia manusia Indonesia, terutama yang tinggal di pulau Jawa. Hilir mudik dua tahun tertahan, karena taatnya protokol kesehatan selama pagebluk.

Kini lebaran ini menandakan perubahan kondisi mental dalam suasana pemulihan sosial dan ekonomi. Betul, ekonomi belum pulih sebenarnya secara makro ataupun mikro. Tetapi beberapa sektor telah bangkit. Penjualan kendaraan bermotor mulai berjaya sejak Ramadhan ini, karena para konsumen sudah memprediksi longgarnya pengetatan jarak antar manusia. Virus sudah mereda. Silaturahim dan kumpul-kumpul sudah diperbolehkan.

Bukti nyata adalah kerasnya arus mudik dan aliran kendaraan macet. Di area tertentu, seperti Gombong Kebumen ke Mijahan Banyumas, berjarak sekitar dua puluh kilometer. Jarak tempuh dalam kondisi normal sekitar dua puluh menit, tetapi selama lebaran ini bisa mencapai tiga sampai satu jam.

Mobil-mobil seperti hanya parkir di jalan raya. Banyak sopir dan penumpang sengaja berhenti di tepi jalan yang becek, sekadar menghirup udara segar, atau bahkan membuang hajat kecil. Manusia dan mobilnya memenuhi jalan.

Di sepanjang jalan di Jawa kita saksikan perubahan demi perubahan dari tahun ke tahun. Gunung dan hutan berubah menjadi sawah. Sawah berubah menjadi perumahan. Perumahan menjadi pabrik dan toko-toko. Perubahan tidak pernah berhenti untuk memehuhi kebutuhan manusia. Sepertinya tidak ada rem dan tidak ada jalan lambat. Semua serba cepat.

Menusia telah mengubah alam. Pulau yang dulu merupakan hutan dan belantara yang subur tersiram lahar dan lava gunung berapi di sepanjang Jawa itu kini sudah tidak lagi ditumbuhi pohon-pohon yang rapat. Tempat-tempat air mengalir dan turun ke laut selatan atau utara sudah tidak lagi dipenuhi belukar dan binatang liar.

Mereka pelan-pelan mengalah dan kalah dengan dominasi manusia. Manusia menguasai semuanya, menggantinya untuk kebutuhan dasar, kebutuhan tambahan, dan kesenangan manusia semata.

Hutan menjadi sawah karena kebutuhan makanan pokok beras dan kebun-kebun sayur dan buah. Sawah menjadi rumah karena tidak lagi manusia Jawa cukup dengan tinggal di rumah orangtua atau mertua. Keluarga baru membutuhkan rumah baru. Begitu juga cucu dan cicitnya. Pertumbuhan rumah sangat cepat. Manusia beranak pinak, berlipat-lipat. Manusia Jawa tidak bisa direm karena produktifnya dan perpindahan ke pulau Jawa dari pulau-pulau Nusantara.

Jawa penuh sesak. Rumah-rumah pun akhirnya menjadi toko, mall, hotel, pabrik, dan jalan tol. Semua untuk memudahkan dan memuaskan kebutuhan manusia.

Jalan-jalan dipenuhi kendaraan untuk memudahkan manusia satu mengunjungi manusia lain. Kita tidak ingat lagi, bahwa kita tidak sendiri: binatang dan tumbuhan terlupakan.

Semua untuk manusia. Jin, syetan, memedi, gandarwo, pocong, hantu pun seperti tidak mendapatkan tempat lagi. Semua takut manusia yang mengendarai mobil berhimpit-himpitan, sambil memencet klakson keras-keras dan mengumpat karena disalib mobil lain dari belakang.

Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya