Berita

Ilustrasi /Net

Dunia

Rusia, Prancis, dan Mali Saling Tuduh-Menuduh Atas Penemuan Kuburan Massal Dekat Pangkalan Militer Prancis di Mali

SABTU, 23 APRIL 2022 | 22:11 WIB | LAPORAN: SULTHAN NABIL HERDIATMOKO

Tentara Mali (FAMA) pada Jumat malam (22/4) telah menemukan kuburan massal di dekat pangkalan militer yang sebelumnya diduduki oleh pasukan Prancis di Gossi, Mali Utara.

Tentara Prancis itu keluar dari pangkalan operasional lanjutan Gossi pada Selasa. Kini pangkalan tersebut diduduki oleh tentara Mali.

“Sisa-sisa keadaan pembusukan lanjut ditemukan di kuburan massal yang tidak jauh dari kamp yang sebelumnya diduduki oleh pasukan Barkhane Prancis,” ujar pernyataan Staf Umum FAMA, dikutip dari Anadolu Agency, Sabtu (23/4).

“Keadaan mayat yang sudah lama membusuk itu menunjukkan bahwa kuburan massal sudah terbentuk jauh sebelum penyerahan pangkalan. Oleh karena itu, tanggung jawab atas tindakan ini sama sekali tidak dapat dikaitkan dengan FAMA," tambah pernyataan tersebut.

Di akhir pernyataan, Kementerian Pertahanan Mali akan membuka penyelidikan untuk menjelaskan kuburan massal itu.

Pengumuman itu muncul beberapa jam setelah militer Prancis menuduh tentara bayaran Rusia dari Grup Wagner di Mali telah melakukan manipulasi informasi.

Tentara Prancis mengklaim bahwa mereka telah merekam tentara bayaran Rusia yang mengubur mayat di dekat pangkalan Gossi, dengan maksud tersirat bahwa Prancis telah meninggalkan kuburan massal di pangkalan tersebut.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan pada Jumat (22/4) bahwa pihaknya mendukung penyelidikan terhadap kuburan massal tersebut dan mendesak Prancis untuk bekerja sama dengan Mali dalam penyelidikan tersebut.

Namun Kemenlu Rusia juga menuduh Perancis atas insiden kuburan massal tersebut. Mereka mengutip media resmi negara Mali Malijet, yang menggatukkan penemuan mayat tak dikenal di kuburan tersebut dengan para gembala Mali.

Malijet melaporkan bahwa para penggembala itu sebelumnya diduga hilang diculik oleh pasukan Prancis. Nasib pengembala itu masih belum diketahui hingga kini.

Pangkalan itu dilaporkan memiliki sekitar 300 tentara Prancis.

Prancis mengirim pasukannya ke Mali pada 2013 dengan harapan bisa mengalahkan gerilyawan di Mali utara dan Sahel.

Operasi itu berakhir pada Februari ini, setelah hubungan Prancis dengan bekas jajahannya yakni Mali memburuk.

Populer

KPK Ancam Pidana Dokter RSUD Sidoarjo Barat kalau Halangi Penyidikan Gus Muhdlor

Jumat, 19 April 2024 | 19:58

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Megawati Bermanuver Menipu Rakyat soal Amicus Curiae

Kamis, 18 April 2024 | 05:35

Sekda Jabar akan Tindak Pelaku Pungli di Masjid Raya Al Jabbar

Rabu, 17 April 2024 | 03:41

Diungkap Pj Gubernur, Persoalan di Masjid Al Jabbar Bukan cuma Pungli

Jumat, 19 April 2024 | 05:01

Bey Machmudin: Prioritas Penjabat Adalah Kepentingan Rakyat

Sabtu, 20 April 2024 | 19:53

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

UPDATE

Samsung Solve for Tomorrow 2024, Momentum untuk Dorong Peningkatan Literasi Digital

Sabtu, 27 April 2024 | 11:48

Paguyuban Warung Madura: Harusnya Kami Dilindungi Bukan Diberangus!

Sabtu, 27 April 2024 | 11:36

PIS Sukses Tekan Emisi 25,4 Ribu Ton Setara CO2

Sabtu, 27 April 2024 | 11:18

Sam Altman hingga Sundar Pichai Gabung Dewan Keamanan AI Amerika Serikat

Sabtu, 27 April 2024 | 10:59

OASA Perkuat Modal di Anak Usaha Rp69 Miliar

Sabtu, 27 April 2024 | 10:41

Ilham Bintang: Prabowo Siap-Siap Beli Obat Anti Resah

Sabtu, 27 April 2024 | 10:37

Induk Perusahaan Google Bagi-bagi Dividen untuk Pertama Kali

Sabtu, 27 April 2024 | 10:29

KPU Sewa 8 Kantor Hukum Hadapi Perselisihan Pileg 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:20

Blinken: Amerika Tidak Bermaksud Menghambat Tiongkok Lewat Pembatasan Ekspor Chip

Sabtu, 27 April 2024 | 10:18

Realisasi Anggaran untuk IKN Capai Rp4,3 Triliun per April 2024

Sabtu, 27 April 2024 | 10:02

Selengkapnya