Berita

Ilustrasi/Net

Dunia

Pengamat China: AS Menghancurkan Dasar-dasar Mekanisme G20

JUMAT, 22 APRIL 2022 | 15:16 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

Para pengamat di Beijing mengomentari sikap negara negara Barat yang dianggap terlalu menonjolkan kebencian mereka kepada Rusia, terutama selama pertemuan Kelompok 20 ekonomi utama baru-baru ini.

Pada Rabu (20/4), Menteri Keuangan AS Janet Yellen dan beberapa perwakilan dari negara lain walk out dari pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 sebagai protes terhadap tindakan militer Rusia.

Wakil Menteri Keuangan Rusia Timur Maksimov menghadiri pertemuan tersebut, sementara beberapa pejabat lainnya bergabung secara virtual.

China, yang diwakili Menteri Keuangan Liu Kun dalam pidatonya mengatakan bahwa China menentang politisasi dan persenjataan ekonomi global, dan G20 harus tetap pada tanggung jawabnya sendiri dengan memfokuskan diskusi pada dampak ekonomi sambil mencari pemahaman dan keseimbangan.

Para ahli mengkritik negara-negara Barat yang nampak ingin menonjol dan membawa pengaruh buruk pada sistem G20 yang seharusnya menjadi mekanisme untuk membahas masalah ekonomi dan mencari kerja sama.

"Tujuan awal G20 adalah untuk menyelesaikan krisis. Tapi sekarang menjadi panggung untuk menampilkan mentalitas Perang Dingin. AS benar-benar menghancurkan dasar-dasar mekanisme G20," kata Dong Shaopeng, penasihat ahli untuk China Securities Regulatory Commission kepada media China Global Times, Kamis (21/4).

Negara-negara Barat yang dipimpin oleh AS telah memberlakukan beberapa putaran sanksi terhadap Rusia, termasuk menargetkan pemberi pinjaman terbesar di negara itu, mengeluarkan Rusia dari sistem pembayaran dolar SWIFT, dan melarang impor produk Rusia tertentu.

Chen Jia, seorang peneliti di Institut Moneter Internasional dari Universitas Renmin China, mengatakan bahwa AS beralih dari sanksi umum terhadap Rusia ke sanksi yang lebih bertarget untuk membalas metode tertentu yang digunakan oleh Moskow untuk melawan sanksi Barat, seperti menggunakan mata uang virtual untuk memperluas kategori dan aksesibilitas perdagangan Rusia.

Populer

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Bocah Open BO Jadi Eksperimen

Sabtu, 27 April 2024 | 14:54

Pj Gubernur Jabar Ingin Persiapan Penyelenggaraan Ibadah Haji Sempurna

Kamis, 02 Mei 2024 | 03:58

Pj Gubernur Jabar Minta Pemkab Garut Perbaiki Rumah Rusak Terdampak Gempa

Senin, 29 April 2024 | 01:56

Telkom Buka Suara Soal Tagihan ‘Telepon Tidur’ Rp9 Triliun Pertahun

Kamis, 25 April 2024 | 21:18

UPDATE

Lanal Banten dan Stakeholder Berjibaku Padamkan Api di Kapal MT. Gebang

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:55

Indonesia Tetapkan 5,5 Juta Hektare Kawasan Konservasi untuk Habitat Penyu

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:41

Kepercayaan Global Terus Meningkat pada Dunia Pelayaran Indonesia

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:27

TNI AU Distribusikan Bantuan Korban Banjir di Sulsel Pakai Helikopter

Minggu, 05 Mei 2024 | 19:05

Taruna Jadi Korban Kekerasan, Alumni Minta Ketua STIP Mundur

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:42

Gerindra Minta Jangan Adu Domba Relawan dan TKN

Minggu, 05 Mei 2024 | 18:19

Ketua Alumni Akpol 91 Lepas Purna Bhakti 13 Anggota

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:52

Jadi Lokasi Mesum, Satpol PP Bangun Posko Keamanan di RTH Tubagus Angke

Minggu, 05 Mei 2024 | 17:24

Perbenihan Nasional Ikan Nila Diperluas untuk Datangkan Cuan

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:59

Komandan KRI Diponegoro-365 Sowan ke Pimpinan AL Cyprus

Minggu, 05 Mei 2024 | 16:52

Selengkapnya