Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati/Net
Lebanon terpaksa menukar valutanya dengan dolar AS akibat terkunci dalam bencana moneter. Kini, mereka mengharapkan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk "menerangi" jalan keluar dari ancaman robohnya negara itu sejak 2019.
Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, pada Sabtu mengatakan, dirinya berharap Delegasi IMF akan memulai pembicaraan di Lebanon pada 29 Maret, terkait kesepakatan suntik dana terbaru untuk negara bobrok itu.
"Selasa depan mereka akan memulai misi mereka di Lebanon," ujar Mikati, seperti dikutip
Reuters, Sabtu (26/3).
"Mudah-mudahan pada akhir dua minggu kita akan melihat cahaya di negeri ini," tambahnya.
Menurut kesepakatan itu, IMF menuntut agar Lebanon mengatasi korupsi yang meluas, penghindaran pajak dan defisit pemerintah. IMF juga akan mengirim satgasnya untuk membantu Lebanon terkait hal itu.
"Kami tidak punya pilihan, itu adalah jalan wajib untuk bernegosiasi dengan IMF dan untuk mencapai kesepakatan," terang Mikati.
Sehari sebelum Mikati berbicara, Bank Sentral Lebanon mengumumkan bahwa Bank-bank Lebanon akan diizinkan untuk menjual mata uang lokal terhadap dolar AS dan sebaliknya mulai 28 Maret.
Pertukaran itu berdasarkan kurs yang ditentukan oleh platform "Sayrafa" bank sentral. Tidak akan ada batasan pada volume mata uang yang dipertukarkan di bank, tambah mereka dalam sebuah pernyataan.
Nilai tukar rata-rata di Sayrafa pada hari Kamis adalah 22.150 pound per dolar.
Selain itu, bank sentral mematok impor bahan bakar akan didasarkan pada nilai tukar 22.200 pound Lebanon per dolar AS, hingga 29 Maret.
Bank sentral juga mulai mengizinkan bank komersial untuk membeli dolar AS dalam jumlah tak terbatas dengan platform Sayrafa pada Januari lalu.
Menurut badan-badan PBB, pound Lebanon telah kehilangan lebih dari 90% nilainya sejak 2019, ketika sistem keuangan runtuh. Menjerumuskan sebagian besar orang Lebanon ke dalam kemiskinan.