Berita

Warga Afghanistan di Abu Dhabi melakukan aksi protes karena belum dievakuasi ke Amerika Serikat/AP

Dunia

Ribuan Warga Afghanistan Masih Terjebak di UEA, Pejabat AS Minta Maaf Belum Bisa Evakuasi

SABTU, 05 MARET 2022 | 02:54 WIB | LAPORAN: AMELIA FITRIANI

Saat mata publik dunia terfokus pada perkembangan situasi yang terjadi di Ukraina, ribuan warga Afghanistan masih terdampar di Uni Emirat Arab (UEA).

Mereka merupakan warga Afghanistan yang melarikan diri dari negaranya sejak pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pertengahan Agustus 2021 lalu.

Mereka terdampar setelah dievakuasi oleh Amerika Serikat namun belum memiliki kejelasan soal nasib mereka ke depan.

Jelang akhir pekan ini, seorang diplomat senior Amerika Serikat meminta maaf kepada ribuan warga Afghanistan tersebut dan berjanji untuk mempercepat pemulangan beberapa orang ke Amerika Serikat.

“Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya benar-benar minta maaf karena butuh waktu lama dan saya sama frustrasinya dengan mereka, terus terang,” kata pejabat senior Amerika Serikat yang tidak disebutkan namanya itu, sebagaimana dimuat Al Jazeera.

“Tetapi saya juga meminta pemahaman mereka tentang seberapa keras kami telah bekerja untuk menjalankan sistem," sambungnya.

Kunjungan itu dilakukan ketika Amerika Serikat masih berjuang dengan bagaimana menangani puluhan ribu orang yang menumpuk di pesawat di hari-hari terakhir penarikan AS dari Afghanistan pada Agustus tahun lalu.

Merujuk pada kabar yang dimuat Al Jazeera, saat ini ada lebih dari 74 ribu warga Afghanistan yang telah ditempatkan di Amerika Serikat usai dievakuasi dari Afghanistan pada Agustus tahun lalu.

Penempatan mereka bukan tanpa hamabtan, terlebih karena isu status imigrasi dan tantangan logistik dalam menemukan perumahan yang terjangkau.

Di samping mereka yang berhasil dievakuasi ke Amerika Serikat, terdapat lebih dari 12 ribu orang yang masih terjebat di beberapa kota di UEA.

Mereka melarikan diri dari negaranya karena kekhawatiran akan kepemimpinan Taliban di Afghanistan. Banyak di antara mereka merupakan wartawan, hakim, jaksa, aktivis hak-hak LGBT dan minoritas agama dan etnis.

Setelah sekitar setengah tahun terdampar di UEA, banyak dari mereka yang masih belum mengetahui bagaimana nasib mereka ke depan.

“Masalahnya adalah tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi,” kata Ahmad Shah Mohibi, pendiri kelompok bernama Rise to Peace, yang telah berusaha membantu warga Afghanistan yang terjebak.

“AS memiliki kewajiban moral” untuk membantu mereka," sambungnya.

Populer

Fenomena Seragam Militer di Ormas

Minggu, 16 Februari 2025 | 04:50

Asian Paints Hengkang dari Indonesia dengan Kerugian Rp158 Miliar

Sabtu, 15 Februari 2025 | 09:54

Bos Sinarmas Indra Widjaja Mangkir

Kamis, 13 Februari 2025 | 07:44

Temuan Gemah: Pengembang PIK 2 Beli Tanah Warga Jauh di Atas NJOP

Jumat, 14 Februari 2025 | 21:40

Pengiriman 13 Tabung Raksasa dari Semarang ke Banjarnegara Bikin Heboh Pengendara

Senin, 17 Februari 2025 | 06:32

Makan Bergizi Gratis Ibarat Es Teh

Jumat, 14 Februari 2025 | 07:44

PT Lumbung Kencana Sakti Diduga Tunggangi Demo Warga Kapuk Muara

Selasa, 18 Februari 2025 | 03:39

UPDATE

Zarof Dituntut Buka Asal Usul Uang Rp915 Miliar

Rabu, 19 Februari 2025 | 07:41

Hujan Berintensitas Sedang Basahi Jakarta

Rabu, 19 Februari 2025 | 07:24

Terpilih Aklamasi, Dedi Siregar Siap Perkuat Sinergi GPA dengan Gubernur dan Pemprov DKI

Rabu, 19 Februari 2025 | 06:50

Hijaukan Pesisir, PT PNM Bersama Relawan Bakti BUMN Tanam 1.000 Mangrove

Rabu, 19 Februari 2025 | 06:35

Masa Jabatan Segera Berakhir, Pj Bupati OKI Mendadak Rombak 12 Pejabat

Rabu, 19 Februari 2025 | 06:22

Mampukah Negara Sita Aset Triliunan Zarof Ricar?

Rabu, 19 Februari 2025 | 06:10

Sulit Cairkan Dana, Nasabah BMT BUS Jepara Ngadu ke DPRD

Rabu, 19 Februari 2025 | 05:57

4 Tahun Nganggur, Zidane Hanya Selangkah Lagi Tangani Timnas Prancis

Rabu, 19 Februari 2025 | 05:41

Ini Daftar 10 Anggota DPRD Karawang Paling Tajir

Rabu, 19 Februari 2025 | 05:18

Menuju Banjarnegara, 13 Truk Pembawa Tabung Raksasa Sudah Tiba di Kebumen

Rabu, 19 Februari 2025 | 04:58

Selengkapnya