Analis politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio/Repro
Gagasan menunda Pemilu Serentak 2024, dinilai Analis politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio, sebagai sesuatu yang serius dan bakal direalisasikan oleh pihak-pihak yang menggaungkannya.
Sosok yang kerap disapa Hensat ini mulanya menganggap ide penundaan Pemilu yang dicetuskan sejumlah ketua umum partai politik sebagai suatu wacana belaka.
"Kenapa saya awalnya berpikir bercanda? Buat menyenangkan Pak Jokowi saja," ujar Hensat dalam diskusi virtual LP3ES bertajuk 'Menunda Pemilu, Membajak Demokrasi', pada Selasa (1/3).
Konotasi "bercanda" yang diyakini Hensat lantaran melihat kepentingan politik dari suatu Parpol yang hingga kini belum juga diwujudkan Presiden Joko Widodo.
Dia menyebutkan, PAN adalah contohnya, di mana setelah partai yang dipimpin Zulkifli Hasan ini bergabung ke dalam koalisi pemerintahan, belum ada kadernya yang masuk dalam kabinet.
"PAN misalnya, tadinya kan mau reshuffle, cuma tidak ada reshuffle juga. Jadi, cara menyenangkan Pak Jokowi dengan penundaan Pemilu," tuturnya.
Hal yang sama juga dilihat Hensat dari tindakan PKB yang dipimpin Abdul Muhaimin Iskandar. Kata dia, PKB ingin mendekatkan diri dengan Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf, sehingga menganggap Pemilu adalah candaan.
"Terbukti juga itu, strateginya berhasil. Akhirnya Cak Imin dan Gus Yahya satu suara meskipun Gus Yahya baru bilang ini masuk akal," katanya.
Meski begitu, kini Hensat justru beranggapan lain. Karena isu penundaan Pemilu semakin lama wacananya serius berhembus. Makanya dia yakin persoalan ini adalah sesuatu yang serius.
"Sekarang saya tidak percaya mereka bercanda. Kelihatannya mereka serius banget," demikian Hensat.