Berita

Shuttlecock produk rumahan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mampu menembus mancanegara/RMOLJateng

Nusantara

Bangga Produksi Dalam Negeri, Shuttlecock Industri Rumahan di Batang Ini Dipakai di 5 Negara

KAMIS, 24 FEBRUARI 2022 | 02:14 WIB | LAPORAN: AGUS DWI

Siapa sangka, di sebuah gang bernama Gang Botol, Kelurahan Kauman, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, terdapat produsen shuttlecock atau kok badminton berstandar Internasional. Faktanya, shuttlecock produksi kategori industri rumahan itu mampu diekspor hingga ke mancanegara.

Tidak hanya untuk ekspor, kok bermerek IND Shuttlecock itu juga sudah merambah 30 provinsi di Jawa Tengah. Termasuk digunakan di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua tahun lalu.

"Saya sebelumnya bekerja di sebuah home industry yang sama di Malang. Lalu, saya dan istri memilih pulang ke tempat asal kami, di Batang, dan memulai usaha sendiri," kata pemilik IND Shuttlecock, Ahda Al Faizu (35) saat ditemui di rumahnya, Rabu (23/2).


Ia pun mengawali usaha rumahan kecil-kecilan di teras rumahnya. Produksi kok dilakukan manual. Hingga saat ini, usahanya itu sudah menyerap 10 tenaga kerja.

Ahda bercerita, pada awalnya ia mempromosikan kok buatannya melalui dunia maya. Hingga akhirnya ada pembelian dari Malaysia.

"Produk shuttlecock saya di Malaysia malah dibeli orang Jakarta. Setelah tahu itu produk lokal, pembeli Jakarta itu menghubungi saya. Lalu kami mulai memproduksi dengan jumlah banyak," jelasnya.

Kini, shuttlecock produknya sudah dipakai di 5 negara. Kepercayaan ini tentu bukan tanpa alasan.

Sebab, produknya sudah bersertifikat Badminton World Federation (BWF) dan Persatuan Bulu tangkis Seluruh Indonesia (PBSI). Produknya sudah memenuhi standar mulai dari kecepatan, temperatur, dan ketahanan di suhu ruangan.

Produk IDN Shuttlecock juga memiliki berat yang sesuai standar BWF yaitu 5,0 gram hingga 5,2 gram. Tapi untuk Indonesia sesuai standar PBSI beratnya 4,9 gram.

"Kami setiap hari mampu memproduksi 1.200 kok. Rata-rata per bulan mampu memproduksi lebih dari 10 ribu shuttlecock," jelasnya.

Untuk bahan baku, mayoritas masih impor dari luar negeri semisal landasan kok. Untuk bulu angsa, pihaknya juga mengekspor, tapi terkadang menggunakan bulu lokal.

Produk kok ini dijual per slop antara Rp 35 ribu hingga Rp 100 ribuan. Untuk yang termurah merupakan produk anak-anak. Satu slop atau tabung berisi 12 kok.

Bupati Batang Wihaji juga menyaksikan langsung produksi kok kelas internasional. Di situ, ia mendapat informasi bahwa usaha milik Ahda itu membutuhkan tenaga kerja untuk mengejar target produksi.

"Saya sudah perintahkan Disperindaskop membuat pelatihan khusus pembuatan shuttlecock. Usai pelatihan bisa langsung dipekerjakan," tutur politikus Golkar itu.

Wihaji juga menyebutkan home industri shuttlecock IDN omsetnya sudah mencapai Rp 500 juta per bulan. Jumlah itu bisa meningkat jika kebutuhan tenaga kerja bisa dipenuhi.

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

UNJ Gelar Diskusi dan Galang Donasi Kemanusiaan untuk Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:10

Skandal Sertifikasi K3: KPK Panggil Irjen Kemnaker, Total Aliran Dana Rp81 Miliar

Selasa, 16 Desember 2025 | 12:04

KPU Raih Lembaga Terinformatif dari Komisi Informasi

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:41

Dipimpin Ferry Juliantono, Kemenkop Masuk 10 Besar Badan Publik Informatif

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:13

KPK Janji Usut Anggota Komisi XI DPR Lain dalam Kasus Dana CSR BI-OJK

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:12

Harga Minyak Turun Dipicu Melemahnya Data Ekonomi China

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:03

Kritik “Wisata Bencana”, Prabowo Tak Ingin Menteri Kabinet Cuma Gemar Bersolek

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:56

Din Syamsuddin Dorong UMJ jadi Universitas Kelas Dunia di Usia 70 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:54

Tentang Natal Bersama, Wamenag Ingatkan Itu Perayaan Umat Kristiani Kemenag Bukan Lintas Agama

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:46

Dolar AS Melemah di Tengah Pekan Krusial Bank Sentral

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:33

Selengkapnya