Berita

Pertemuan Astana di Nursultan, Kazakhstan/Net.

Dunia

Pertemuan Astana: Utusan Putin Cemas, Kelompok Teroris Semakin Tumbuh di Suriah

RABU, 22 DESEMBER 2021 | 06:18 WIB | LAPORAN: RENI ERINA

RMOL. Moskow prihatin dengan munculnya kelompok teroris di Suriah. Tidak hanya di utara negara itu tetapi juga di beberapa wilayah lain. Utusan khusus Presiden Rusia untuk Suriah, Aleksandr Lavrentyev, mengungkapkan hal itu pada hari pertama pertemuan Format Astana di Nursultan, Kazakhstan, Selasa (21/12).

Para pejabat Kazakhstan, tuan rumah yang menyelenggarakan acara tersebut, mengatakan bahwa para pihak dalam Format Astana akan meninjau situasi saat ini di Suriah, menjaga perdamaian di zona de-eskalasi sejalan dengan kesepakatan sebelumnya yang dicapai selama proses Astana.

Delegasi dari Iran, Rusia, Turki, pemerintah Suriah, dan oposisi Suriah, mengambil bagian dalam pertemuan ini. Sementara, Perwakilan PBB, Yordania, Lebanon, dan Irak, hadir sebagai pengamat dalam pertemuan yang akan berlangsung selama dua hari tersebut, seperti dilaporkan Euro News.


Pihak PBB akan dipimpin oleh Wakil Utusan Khusus Khawla Mohammed Ali Matar.

Para pihak membahas prospek Komite Konstitusi Suriah dengan maksud untuk memberikan dorongan bagi pembicaraan Jenewa dalam kerangka PBB.

Dalam pertemuan ini, dibicarakan mengenai langkah-langkah tertentu yang harus diambil untuk menengahi perdamaian di Suriah.
 
Berbicara kepada wartawan, Aleksandr Lavrentyev menggambarkan pembicaraan dengan rekan-rekan Iran dan Turki "sangat konstruktif". Mereka memaparkan berbagai masalah yang berkaitan dengan Suriah.

Nursultan adalah nama baru ibu kota Kazakh, yang dulunya bernama Astana. Pembicaraan tentang Suriah yang diadakan di Kazakhstan dikenal dengan format Astana, proses Astana, atau kelompok Astana. Peserta utama atau pialang kekuasaan pada format Astana adalah Rusia, Iran dan Turki.

Rusia dan Iran terutama mendukung pemerintah pusat sementara Turki telah menjadi pendukung utama kelompok oposisi militan. Ini tidak berarti bahwa Iran dan Rusia tidak menghormati hak-hak sah kelompok oposisi. Menggunakan militansi, oposisi membuka jalan bagi munculnya berbagai kelompok teroris, termasuk Daesh.

Negosiasi untuk menyelesaikan perang Suriah, yang pecah pada 2011, telah berlangsung di Nursultan sejak 2017 dengan mediasi negara-negara penjamin format Astana.

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

UPDATE

Program Belanja Dikebut, Pemerintah Kejar Transaksi Rp110 Triliun

Sabtu, 27 Desember 2025 | 08:07

OJK Ingatkan Risiko Tinggi di Asuransi Kredit

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:48

Australia Dukung Serangan Udara AS terhadap ISIS di Nigeria

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:32

Libur Natal Pangkas Hari Perdagangan, Nilai Transaksi BEI Turun Tajam

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:17

Israel Pecat Tentara Cadangan yang Tabrak Warga Palestina saat Shalat

Sabtu, 27 Desember 2025 | 07:03

Barzakh itu Indah

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:38

Wagub Babel Hellyana seperti Sendirian

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:21

Banjir Cirebon Cermin Politik Infrastruktur Nasional Rapuh

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:13

Jokowi sedang Balas Dendam terhadap Roy Suryo Cs

Sabtu, 27 Desember 2025 | 06:06

Komdigi Ajak Warga Perkuat Literasi Data Pribadi

Sabtu, 27 Desember 2025 | 05:47

Selengkapnya