Berita

Jaya Suprana/Ist

Jaya Suprana

Hobi Gonta-ganti Nama Virus

JUMAT, 10 DESEMBER 2021 | 09:21 WIB | OLEH: JAYA SUPRANA

SEBAGAI insan awam dan jelata, saya semula menduga wabah yang merajalela di awal bulan Februari 2020 adalah wabah flu biasa yang sudah rutin merajalela. Namun setelah yang semula saya duga wabah flu biasa itu mulai merambah ke Indonesia, barulah saya sadar bahwa yang mulai merajalela di Indonesia secara luar biasa konon adalah pagebluk yang disebabkan oleh virus bukan virus biasa, tetapi virus luar biasa yang disebut sebagai Corona.

Nama

Setelah tanpa bisa membuktikan ada tidaknya virus, saya membiasakan diri dengan pagebluk virus yang disebut Corona mendadak Donald Trump yang pada masa itu masih presiden Amerika Serikat bilang bahwa virus jahanam itu berasal dari Wuhan, China, maka virus itu disebut sebagai virus China.


Nama bikinan Donald Trump ditolak keras oleh Xi Yinping dengan tudingan bahwa virus mulai merajalela di Wuhan dibawa oleh anggota militer Amerika Serikat ke China ketika ikut serta olimpiade militer di China, maka sang virus lebih pantas disebut sebagai virus Amerika Serikat.

Sebenarnya saya berusaha tetap bertahan pada sebutan virus Corona meski para ilmuwan biomolekular menyatakan bahwa virus Corona telah nemutasikan diri sebagai varian baru yang disebut sebagai Covid dengan embel-embel angka 19 di belakangnya. Meski WHO mengganti nama Corona menjadi Covid-19, namun saya sudah terlanjur nyaman dengan sebutan Corona ketimbang Covid-19 seperti saya sudah terlanjur nyaman dengan sebutan China ketimbang Tionghoa atau Tiongkok.

Menjelang akhir tahun 2021 mendadak muncul gelombang ketiga atau entah ke berapa, pagebluk baru yang konon berasal bukan dari China tetapi Afrika lalu merambah ke Eropa kemudian memperoleh gelar nama yang dianggap lebih keren ketimbang Covid-19 apalagi Corona, yaitu Delta bahkan kemudian menyusul Omicron.

Ternyata virus tidak mau ketinggalan latah gerakan ganti-ganti nama seperti gerakan ganti-ganti nama jenis ponsel agar laku dijual.

Preventif & Promotif

Secara bingungologis saya tidak ingin menghanyutkan diri ke pergantian nama virus yang membingungkan akibat terus-menerus berubah namanya sehingga saya yang lemot-pikir kewalahan dalam berupaya mengikutinya. Maka saya lebih berupaya menghayati hikmah makna di balik kemelut pagebluk virus yang asyik menggerogoti saluran pernafasan manusia sejak awal tahun 2020.

Beberapa hikmah dapat disimpulkan dari pagebluk virus yang namanya terus berganti-ganti itu antara lain bahwa terbukti bahwa pencegahan tetap lebih bagus ketimbang pengobatan. Pagebluk Corona membenarkan WHO bahwa paradigma pelayanan kesehatan planet bumi abad XXI lebih utama preventif dan promotif ketimbang kuratif.

Lebih bijak umat manusia menjaga kesehatan masing-masing agar tidak terkena penyakit yang belum terderita ketimbang sibuk menyembuhkan penyakit yang sudah terlanjur terderita. Maka menggunakan masker, menghindari kerumunan, jaga jarak sosial, menjaga kesehatan dengan jamu, vitamin, vaksin dan gaya hidup sak madyo sambil tetap menunaikan jihad al nafs menaklukkan hawa nafsu diri sendiri dengan pedoman kearifan ojo dumeh.

Pedoman kearifan ojo dumeh menjadi utama demi eling lan waspodo jangan sampai ada insan manusia termasuk Jo Biden, Xi Yinping, Vladimir Putin, Angela Merkel, Boris Johnson, Fumio Khisida, Lee Hsien Loong, Joko Widodo serta anda apalagi saya dumeh alias terkebur merasa diri mampu menaklukkan pagebluk Corona, Covid-19, Delta, Omicron atau entah apapun namanya.

Mulai dari yang termiskin sampai ke yang terkaya, yang presiden sampai ke yang rakyat jelata semua sama saja potensial dimangsa oleh virus Corona. Pada hakikatnya pagebluk entah apa pun namanya menyadarkan segenap insan manusia bahwa di atas langit masih ada langit maka di atas kekuasaan manusia yang merasa paling berkuasa masih ada kekuasaan yang lebih berkuasa, yaitu Kekuasaan Yang Maha Kuasa. AMIN.

Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Kepala Daerah Dipilih DPRD Bikin Lemah Legitimasi Kepemimpinan

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:59

Jalan Terjal Distribusi BBM

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:39

Usulan Tanam Sawit Skala Besar di Papua Abaikan Hak Masyarakat Adat

Jumat, 26 Desember 2025 | 01:16

Peraih Adhyaksa Award 2025 Didapuk jadi Kajari Tanah Datar

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:55

Pengesahan RUU Pengelolaan Perubahan Iklim Sangat Mendesak

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:36

Konser Jazz Natal Dibatalkan Gegara Pemasangan Nama Trump

Jumat, 26 Desember 2025 | 00:16

ALFI Sulselbar Protes Penerbitan KBLI 2025 yang Sulitkan Pengusaha JPT

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:58

Pengendali Pertahanan Laut di Tarakan Kini Diemban Peraih Adhi Makayasa

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:32

Teknologi Arsinum BRIN Bantu Kebutuhan Air Bersih Korban Bencana

Kamis, 25 Desember 2025 | 23:15

35 Kajari Dimutasi, 17 Kajari hanya Pindah Wilayah

Kamis, 25 Desember 2025 | 22:52

Selengkapnya