Puluhan aktivis antikorupsi berdemo di depan gedung Kejari Blitar/Ist
Pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini mendekati titik nadir. Hal ini disebabkan fenomena state capture, yakni saat cabang-cabang kekuasaan negara semakin terintegrasi dengan kekuatan oligarki untuk menguasai sumber daya publik dengan cara korupsi.
Demikian disampaikan Ketua Komite Rakyat Pemberantas Korupsi (KRPK), Moh. Trijanto, dalam orasinya di tengah unjuk rasa memperingati Hari Antikorupsi Sedunia, Kamis (9/12).
Trijanto mencontohkan, pemberantasan korupsi yang mendekati titik nadir seperti penanganan kasus dugaan korupsi di Kabupaten dan Kota Blitar.
"Pemberantasan korupsi di Blitar mendekati titik nadir. Pasalnya, saat ini Blitar tak luput jadi ajang korupsi. (Seperti) Kasus dugaan korupsi dana hibah KONI di Kabupaten dan Kota Blitar. Kasus dugaan korupsi workshop honorer K2 Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar sampai saat ini masih mangkrak di meja aparat penegak hukum," tegas Trijanto dikutip
Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (9/12).
Karena itu, massa pendemo menuntut Kejari Blitar segera menuntaskan kasus-kasus korupsi yang mandek. Menangkap, menyeret, dan mengadili mafia hukum dan mafia peradilan di Blitar.
Massa juga menuntut wujud tata kelola pemerintahan bersih, demokratis, dan berwatak kerakyatan.
"Kami juga mendesak penegakan supremasi hukum tanpa pandang bulu. Dan menyita harta hasil korupsi untuk pendidikan, kesehatan, dan penanganan dampak sosial pandemi Covid-19 bagi rakyat," tegas Trijanto.
Dalam aksi tersebut, massa sempat ditemui Kasi Intel Kejari Blitar, Anwar Zakaria.
"Untuk kasus dugaan korupsi KONI Kabupaten Blitar dan workshop honorer K2, karena rentang waktu yang cukup lama maka ada mekanisme baru. Seperti supervisi dengan KPK," kata Anwar.
"Kemudian untuk kasus dugaan korupsi KONI Kota Blitar, kami telah menerima beberapa dokumen tambahan. Kami mohon waktu meneliti bukti tambahan itu," tambahnya.
Puluhan massa antikorupsi berdemo dengan cara longmarch dari Taman Makam Pahlawan (TMP) Raden Wijaya menuju gedung Kejari di Jalan Sudanco Supriyadi, Kota Blitar. Massa membakar boneka kertas berbentuk tikus sebagai simbol semangat berkobar memberantas korupsi di Blitar.
Massa juga mengusung keranda mayat tikus berwarna hitam dan membawa tulisan-tulisan di kertas karton terkait perlawanan rakyat memberangus korupsi di Blitar Raya.