Berita

Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono dalamjumpa pers virtual situasi terkini Gunung Semeru, Sabtu malam (4/12)/RMOL

Politik

Terjadi Saat Catatan Gempa Rendah, Erupsi Gunung Semeru Karena Faktor Curah Hujan

SABTU, 04 DESEMBER 2021 | 21:36 WIB | LAPORAN: AHMAD KIFLAN WAKIK

Erupsi Gunung Semeru pada Kamis sore (4/12) terjadi tanpa peringatan dini, sehingga berdampak kepada warga di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengklaim, peringatan dini tak ada karena erupsi terjadi saat kondisi kegempaan relatif tenang.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Eko Budi Lelono dalam konferensi pers virtual situasi terkini Gunung Semeru, Sabtu malam (4/12).

"Gejala kegempaan relatif rendah, kalau kita lihat dari tanggal 1-3 Desember, bahkan dari tanggal 1-30 November rekaman juga tidak terlalu banyak," ujar Eko Budi Lelono.

Dalam kondisi kegempaan yang stabil, dijelaskan Eko, erupsi terjadi bukan karena dorongan material dalam bumi. Tetapi, lebih kepada faktor cuaca di mana curah hujan sedang tinggi.

"Ini memperlihatkan tidak ada penambahan material dari bawah lagi, itu suplay magma bukan itu arahnya, kejadian kelihatannya ada juga faktor dari luar terkait dengan ketidakstabilan endapan atau lidah lava yang mungkin disebabkan curah hujan yang tinggi," jelasnya.

"Sehingga ini memicu lava yang ada di sana itu menyebabkan erupsi atau guguran daripada awan panas," pungkasnya.

Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditunjukkan dengan terjadinya guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Sabtu (4/12) pukul 15.20 WIB

Berdasarkan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter.

Pada pukul 15.10 WIB, PPGA Pos Gunung Sawur kemudian melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang. Selain itu, laporan visual dari beberapa titik lokasi juga mengalami kegelapan akibat kabut dari abu vulkanik.

Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.

Populer

Pendapatan Telkom Rp9 T dari "Telepon Tidur" Patut Dicurigai

Rabu, 24 April 2024 | 02:12

Polemik Jam Buka Toko Kelontong Madura di Bali

Sabtu, 27 April 2024 | 17:17

Pj Gubernur Ingin Sumedang Kembali jadi Paradijs van Java

Selasa, 23 April 2024 | 12:42

Bey Pastikan Kesiapan Pelaksanaan Haji Jawa Barat

Rabu, 01 Mei 2024 | 08:43

Jurus Anies dan Prabowo Mengunci Kelicikan Jokowi

Rabu, 24 April 2024 | 19:46

Kaki Kanan Aktor Senior Dorman Borisman Dikubur di Halaman Rumah

Kamis, 02 Mei 2024 | 13:53

Tim Hukum PDIP Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda

Selasa, 23 April 2024 | 19:52

UPDATE

Pengukuhan Petugas Haji

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:04

Chili Siap Jadi Mitra Ekonomi Strategis Indonesia di Amerika Selatan

Sabtu, 04 Mei 2024 | 04:02

Basri Baco: Sekolah Gratis Bisa Jadi Kado Indah Heru Budi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:42

Pemprov DKI Tak Ingin Polusi Udara Buruk 2023 Terulang

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:24

Catat, Ganjil Genap di Jakarta Ditiadakan 9-10 Mei

Sabtu, 04 Mei 2024 | 03:22

BMKG Prediksi Juni Puncak Musim Kemarau di Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:27

Patuhi Telegram Kabareskrim, Rio Reifan Tak akan Direhabilitasi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:05

Airlangga dan Menteri Ekonomi Jepang Sepakat Jalankan 3 Proyek Prioritas Transisi Energi

Sabtu, 04 Mei 2024 | 02:00

Zaki Tolak Bocorkan soal Koalisi Pilkada Jakarta

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:35

Bertemu Wakil PM Belanda, Airlangga Bicara soal Kerja Sama Giant Sea Wall

Sabtu, 04 Mei 2024 | 01:22

Selengkapnya