Perdana Menteri Israel Naftali Bennett/Net
Israel kembali menuntut dihentikannya negosiasi kesepakatan nuklir dengan Iran. Alih-alih, Israel mendorong agar kekuatan dunia menerapkan langkah yang lebih keras untuk menekan Teheran.
Hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri Naftali Bennett dalam panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada Kamis (2/12).
"Iran melakukan pemerasan nuklir sebagai taktik negosiasi, dan ini harus dijawab dengan penghentian segera negosiasi dan penerapan langkah-langkah keras oleh kekuatan dunia," ujar Bennett, seperti dikutip
Reuters.
Menurut seorang pejabat Israel, Bennett juga menyatakan keberatannya terhadap pencabutan sanksi terhadap Iran demi menghidupkan kembali kesepakatan nuklir.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Rabu (1/12) mengatakan, Iran telah memulai proses pengayaan uranium hingga kemurnian 20 persen dengan satu kaskade, atau klaster, dari 166 mesin IR-6 canggih di fasilitas Fordow di bawah gunung.
Di bawah pemerintahan Donald Trump pada 2018, AS meninggalkan kesepakatan nuklir Iran, Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Washington kemudian menerapkan kebijakan tekanan maksimum dengan memberlakukan berbagai sanksi terhadap Teheran.
Seiring dengan penerapan sanksi, Iran memberdayakan kembali nuklirnya dan memproduksi uranium jauh dari batas kesepakatan.
Namun setelah Joe Biden mengambil alih kekuasaan, AS dan Iran beserta negara-negara anggota KCPOA melakukan negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan di Wina, Austria.